BAB 1 Danang Muchammad Gumilang
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Danang Muchammad Gumilang
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Danang Muchammad Gumilang
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Danang Muchammad Gumilang
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Danang Muchammad Gumilang
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Virus Zika adalah Arbovirus dari keluarga Flaviviridae yang dalam satu dekade terakhir telah
menimbulkan epidemi di beberapa negara Amerika Latin dan Kepulauan Polinesia. Hingga saat ini,
metode yang paling umum digunakan untuk mendeteksi infeksi Virus Zika adalah metode serologi.
Namun, uji serologi yang ada saat ini belum dapat memberikan hasil spesifik karena adanya cross
reactivity yang berujung pada false positif. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kevin, 2018.,
telah dikembangkan konstruksi protein multiepitop E Virus Zika + L18 sebagai kandidat antigen yang
lebih spesifik. Dalam roadmap pengembangan kit diagnostik, demi efisiensi produksi dan kemudahan
dalam pemrosesan purifikasi, kandidat antigen dibutuhkan dalam bentuk terlarut dengan kuantitas yang
tinggi. Namun, sebagian besar protein target yang diekspresikan di dalam sistem E. coli BL21(DE3)
berada pada fraksi tak terlarut. Dua faktor yang diduga sangat berpengaruh pada kelarutan protein
rekombinan adalah temperatur dan durasi induksi. Pada penelitian ini, dilakukan pemodelan pengaruh
temperatur dan durasi induksi overekspresi terhadap kelarutan protein multi-epitop E Virus Zika + L18
menggunakan Response Surface Methodology (RSM) berdasarkan desain eksperimen Face-Centered
Central Composite Design (FC-CCD), yang bertujuan untuk menentukan pengaruh temperatur dan durasi
induksi, serta nilai yang paling optimum dari kedua faktor tersebut dalam menghasilkan protein target
yang terlarut.Penelitian diawali dengan mengonfirmasi ulang keberadaan gen protein multiepitop E + L18
pada kultur stock dengan menggunakan metode PCR. Hasil visualisasi dengan elektroforesis gel agarose
menunjukkan terdapat pita yang diduga gen protein multi-epitop E Virus Zika + L18 pada rentang ukuran
750-1000 bp, sesuai dengan data In-Silico yang menyatakan ukurannya adalah 882 bp. Selanjutnya, untuk
mengonfirmasi kemampuannya dalam mengekspresikan protein target, kultur ditumbuhkan pada
temperatur 37oC selama 3 jam. Hasil visualisasi dengan metode SDS-PAGE menunjukkan terdapat pita
yang diduga protein target pada rentang sedikit di atas pita ladder ukuran 25 kDa, berbeda dengan
prediksi menggunakan ExPASy yang memprediksi ukuran protein adalah sebesar 24 kDa.
Ketidaksesuaian ukuran hasi SDS-PAGE dengan prediksi In-Silico diduga disebabkan oleh fenomena gel
shifting. Pemodelan dengan RSM dilakukan menggunakan tiga level dari setiap faktor. Level temperatur
yang digunakan adalah adalah 16oC, 27,5oC, dan 39oC, sedangkan level durasi induksi yang digunakan
adalah 6 jam, 16 jam, dan 26 jam. Sebelum divisualisasi dengan metode SDS-PAGE, konsentrasi protein
terlarut hasil ekspresi dinormalisasi menjadi 0,34 mg/mL. Hasil visualisasi dengan SDS-PAGE
dikuantifikasi menggunakan software ImageJ dan dianalisis dengan software Design Expert
11.AnalisisANOVA menunjukkan bahwa model kuadratik yang dibangun dengan Design Expert 11
signifikan dengan nilai p-value<0,0001. Analisis RSM juga menunjukkan bahwa temperatur
signifikanberpengaruh secara positif terhadap fraksi protein terlarut, berkebalikan dengan durasi induksi
yang signifikan berpengaruh secara negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa kondisi
temperatur dan durasi induksi yang optimum untuk memeroleh fraksi protein terlarut adalah pada
temperatur 39oC dan durasi induksi selama 6 jam, dengan hasil prediksi persentase fraksi terlarut adalah
sebesar 27,577%.