digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK FARADITA MAUDY SARI
PUBLIC Dewi Supryati

PT Dirgantara Indonesia (PT DI) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang aeronautika yang mampu memproduksi pesawat dan helikopter. Salah satu helikopter yang memiliki target produksi yang tinggi adalah Helikopter MK-II, khususnya bagian tailboom. Tailboom merupakan bagian ekor helikopter, yang selanjutnya akan dirakit dengan badan helikopter membentuk satu helikopter yang utuh. Setiap tahun konsumen Helikopter MK-II menargetkan PT DI untuk mampu memproduksi tailboom sebanyak 15 unit/tahun, namun PT DI hanya mampu memproduksi 13 unit/tahun. Setiap kekurangan produksi yang tidak tercapai akan dibebankan ke target produksi tahun selanjutnya. Sehingga pada tahun 2019 PT DI memiliki target produksi sebanyak 22 unit tailboom. Pada proses produksi tailboom, sub-assembly bagian pylon, cone, dan junction memiliki waktu proses yang paling lama. Salah satu penyebabnya adalah kekurangan mekanik untuk bagian tersebut. Hal tersebut menyebabkan lintas perakitan tidak mampu memproduksi tailboom secara optimal, dan target tidak dapat tercapai. Alternatif solusi dilakukan dengan mengembangkan model linear programming untuk lintas perakitan multi-operator dengan fungsi tujuan minimasi cycle time dan jumlah operator. Komputasi model menunjukkan bahwa proses produksi pylon tidak memenuhi takt time, sehingga terdapat dua alternatif solusi yaitu menambah jumlah mekanik sebanyak empat orang disertai dengan overtime selama sepuluh hari untuk setiap pengerjaan komponen pylon, atau dengan menambah delapan orang mekanik dengan mengubah urutan proses pengerjaan pylon saat ini. Penelitian ini menghasilkan alternatif solusi terbaik yaitu dengan menambah mekanik sebanyak delapan orang serta mengubah urutan proses pengerjaan pylon. Solusi ini dapat meningkatkan kapasitas produksi tailboom hingga 26 unit/tahun. Hal ini dapat memberikan tambahan keuntungan bagi perusahaan hingga enam ratus juta rupiah per tahun.