PT Dirgantara Indonesia (PT DI) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam
bidang aeronautika yang mampu memproduksi pesawat dan helikopter. Salah satu helikopter yang
memiliki target produksi yang tinggi adalah Helikopter MK-II, khususnya bagian tailboom. Tailboom
merupakan bagian ekor helikopter, yang selanjutnya akan dirakit dengan badan helikopter membentuk
satu helikopter yang utuh. Setiap tahun konsumen Helikopter MK-II menargetkan PT DI untuk mampu
memproduksi tailboom sebanyak 15 unit/tahun, namun PT DI hanya mampu memproduksi 13
unit/tahun. Setiap kekurangan produksi yang tidak tercapai akan dibebankan ke target produksi tahun
selanjutnya. Sehingga pada tahun 2019 PT DI memiliki target produksi sebanyak 22 unit tailboom.
Pada proses produksi tailboom, sub-assembly bagian pylon, cone, dan junction memiliki waktu proses
yang paling lama. Salah satu penyebabnya adalah kekurangan mekanik untuk bagian tersebut. Hal
tersebut menyebabkan lintas perakitan tidak mampu memproduksi tailboom secara optimal, dan target
tidak dapat tercapai. Alternatif solusi dilakukan dengan mengembangkan model linear programming
untuk lintas perakitan multi-operator dengan fungsi tujuan minimasi cycle time dan jumlah operator.
Komputasi model menunjukkan bahwa proses produksi pylon tidak memenuhi takt time, sehingga
terdapat dua alternatif solusi yaitu menambah jumlah mekanik sebanyak empat orang disertai dengan
overtime selama sepuluh hari untuk setiap pengerjaan komponen pylon, atau dengan menambah delapan
orang mekanik dengan mengubah urutan proses pengerjaan pylon saat ini.
Penelitian ini menghasilkan alternatif solusi terbaik yaitu dengan menambah mekanik sebanyak delapan
orang serta mengubah urutan proses pengerjaan pylon. Solusi ini dapat meningkatkan kapasitas
produksi tailboom hingga 26 unit/tahun. Hal ini dapat memberikan tambahan keuntungan bagi
perusahaan hingga enam ratus juta rupiah per tahun.