Jaringan telekomunikasi sipil saat ini memiliki throughput dalam kisaran Gbps.
Namun kemajuan databus dalam dunia militer masih tertinggal dibanding dengan
telekomunikasi sipil. Bus avionik dalam militer masih banyak menggunakan MILSTD-1553
yang dikembangkan sekitar 40 tahun lalu dan masih beroperasi pada laju
trasnmisi data 1Mbps. Jaringan avionik militer generasi berikutnya memiliki
kecepatan transmisi yang lebih baik yaitu dalam Gbps. Hal ini dikarenakan kriteria
desain yang berbeda diterapkan pada aplikasi telekomunikasi sipil dan militer.
Teknologi sipil membutuhkan kecepatan transmisi yang tinggi dan system yang
luas untuk mendukung layanan komunikasi multimedia. Dalam telekomunikasi
militer diperlukan desain khusus yang menjamin keandalan dan masa pakai yang
panjang untuk databus avionik.
Dalam industri penerbangan tanah air, tidak banyak perubahan dalam peralatan
elektronik pesawat transport sipil maupun milter, sehingga teknologi yang dipakai
masih tertinggal dengan teknologi pesawat tempur militer atau sipil. Teknologi
databus yang dipakai masih menggunakan analog, digital, RS232 dan ARINC429.
Kerjasama antara Indonesia dan Korea dalam pembuatan pesawat tempur menuntut
PT. DI untuk mengejar ketertinggalan.
Proses pengerjaan penelitian ini terdiri dari studi literatur, pengumpulan data,
penyusunan skenario simulasi yang meliputi aliran data BC pada RT, RT pada BC
dan RT pada RT. Skenario yang disusun disimulasikan menggunakan perangkat
lunak Avionics Development System 2nd Generation (ADS2).
Paramater keberhasilan komunikasi data mengacu pada report yang dihasilkan oleh
ADS2, yaitu word error ketika simulasi sedang dijalankan. Hal ini berkaitan dengan
penelitian dan pengembangan kegagalan komunikasi data antara Bus Controller
dengan Remote Terminal yang akan dipakai pada pesawat tempur militer.