digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Fenomena pembelian impulsif telah banyak dilakukan oleh orang-orang di banyak negara. Banyak temuan yang menunjukkan peningkatan jumlah transaksi pembelian impulsif, yang mana juga berefek pada peningkatan penjualan produk. Dikarenakan transaksi pembelian impulsif dapat meningkatkan penjualan, menjadi penting bagi penjual untuk memahami faktor-faktor yang mendorong pelanggan untuk membeli secara impulsif. Tinjauan literatur mengungkapkan bahwa budaya telah diakui dalam mendorong perilaku konsumsi. Oleh karena itu, riset ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang perilaku pembelian impulsif dengan melihat lebih jauh ke dalam peran budaya berdasarkan dimensi budaya Hofstede. Penelitian ini dilakukan di dua negara berbeda di Asia Tenggara, yaitu Indonesia dan Malaysia, yang dipilih karena terdapat peningkatan ekonomi dalam beberapa tahun di negara-negara tersebut. Riset ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan enam orang di setiap negara dan pendekatan kuantitatif yang disebarkan kepada 515 responden di Indonesia dan 400 responden di Malaysia. Penelitian ini menggunakan analisis PLS-SEM untuk menilai hubungan antara perilaku pembelian impulsif dan aspekaspek budaya dan Mann Whitney U Test untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang berarti pada perilaku pembelian impulsif di Indonesia dan Malaysia. Hasil menunjukkan bahwa dimensi individualisme/kolektivisme, jarak kekuasaan, maskulinitas/femininitas, dan kesenangan/ pengekangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif di Indonesia, sementara di Malaysia, individualisme/kolektivisme, jarak kekuasaan, penghindaran ketidakpastian, dan kesenagan/pengekangan memberikan dampak signifikan terhadap pembelian impulsif dan terdapat perbedaan yang berarti pada perilaku pembelian impulsif di Indonesia dan Malaysia.