digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Agditya Priksawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER Agditya Priksawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 1 Agditya Priksawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 2 Agditya Priksawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 3 Agditya Priksawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 3 Agditya Priksawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 3 Agditya Priksawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 4 Agditya Priksawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

PUSTAKA Agditya Priksawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

Pemanfaatan energi air di Indonesia sampai saat ini hanya sebesar 5.258 MW, sehingga pengembangan potensi energi air di Indonesia perlu ditingkatkan, salah satunya dengan melakukan pembangunan pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM). Pembangunan PLTM Kertamukti dapat memberikan kontribusi dalam memanfaatkan potensi energi air yang ada di Kabupaten Sukabumi dengan memanfaatkan daerah aliran Sungai (DAS) Cicatih. Penelitian ini berguna untuk memberikan pertimbangan teknis berkaitan dengan kegiatan rekayasa lereng yang akan dilaksanakan. Metode penelitian yang digunakan meliputi observasi lapangan, uji petrografi, uji sifat keteknikan batuan dan tanah, analisis durasi hujan, analisis statistik frekuensi hujan, dan analisis numerik lereng. Lereng yang digunakan sebagai studi termasuk dalam Formasi Breksi Gunungapi (Qvb) yang berumur Plistosen. Formasi Breksi Gunungapi yang tersingkap di daerah penelitian tersusun atas breksi vulkanik, batupasir-tufan, batupasir, dan tuf. Secara umum, batuan tersebut tersingkap dalam kondisi lapuk sedikit-sempurna. Berdasarkan hasil analisis intensitas hujan, frekuensi curah hujan maksimum yang mungkin terjadi di daerah penelitian dengan periode ulang 50 tahun menggunakan distribusi normal adalah sebesar 134 mm/hari dengan durasi hujan selama 19 hari. Berdasarkan hasil analisis numerik, perubahan tekanan air pori pada lereng buatan terjadi lebih signifikan jika dibandingkan dengan lereng alami. Variasi hujan yang disimulasikan pada lereng buatan mengakibatkan ketidakstabilan lereng yang tercermin melalui turunnya nilai faktor keamanan hingga 54,57%, sedangkan variasi hujan yang disimulasikan pada lereng alami hanya mengakibatkan turunnya faktor keamanan sebesar 7,55%. Dalam hal ini, tampak bahwa ketidakstabilan lereng tersebut merupakan fungsi dari penurunan tegangan hisap pada material penyusun lereng.