digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Boiler Unit 1-4 PLTU Suralaya didesain menggunakan batu-bara Bukit Asam (subbitumous) yang tergolong nilai-kalor tinggi. Namun demikian karena semakin terbatasnya pasokan batu-bara tersebut maka batu-bara Low Rank Coal (LRC) seringkali kali menjadi pilihan yang terpaksa dilakukan dengan risiko dampak slagging dan fouling yang besar. Karena itu, studi ini dilakukan untuk melihat fenomena slagging dan fouling pada pemakaian LRC dengan pemodelan Computational Fluid Dynamic (CFD) Boiler 400 MW Unit 1-4 dengan ukuran 18.06 x 12.8 x 62.6 m dimodelkan secara simetris dan dilakukan meshing volume dan surface dengan Gambit 2.4.16. Waterwall, superheater, reheater didefinisikan sebagai wall. Burner berjumlah 35 buah disederhanakan menjadi 2 (dua) inlet, yaitu inlet untuk pulverized coal dan Secondary Air.Fluent 6.3.26 digunakan untuk running model dalam bentuk Probality Density Function (pdf) dengan nilai kalor Bukit Asam (BA) dan LRC adalah 5147 dan 4589 Kcal/Kg. Perhitungan radiasi digunakan model P1. Pemodelan dilakukan dengan 2 model, yiatu : batu-bara BA-HQLV dan LRC (LQHV-NGR). Spesfikasi hardware yang digunakan adalah Windows 7 Ultimate, intel processor i7-730, RAM 4 GHz serta hardisk 750 GB 6000 rpm. Hasil komputasi CFD menunjukkan bahwa temperatur maximum model HQLV =1150 K (877oC) lebih rendah dibandingkan data komisioning 921oC, serta suhu di furnace exit pada kisaran 900oC. Hal ini disebabkan karena nilai kalor model lebih rendah dibandingkan dengan saat pengujian komisioning rata-rata 5245 Kcal/Kg (BD06) dan kesalahan dari perhitungan model radiasi P1. Kecepatan gas leaving (m/s) rata2 5,9 dibandingkan BD06 sebesar 11,3. Perbandingan antara HQLV dan LQHV-NGR menunjukkan bahwa pembakaran LQHV telah mencapai 1020oC sudah mecapai Ash Melting Temperatur (AMT) dan berkombinasi dengan adanya kecepatan gas yang merendah disekitar burner mengakibatkan potensi slagging area burner. Hal ini dapat sesuai dengan kondisi di lapangan bahwa slagging LRC terjadi di daerah sekitar burner.