digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Salma Rifasari Wakana
Terbatas Irwan Sofiyan
» ITB

COVER Salma Rifasari Wakana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Salma Rifasari Wakana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Salma Rifasari Wakana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Salma Rifasari Wakana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Salma Rifasari Wakana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Salma Rifasari Wakana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Salma Rifasari Wakana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Polivinil klorida (PVC) adalah polimer yang umum digunakan dalam kehidupan seharihari, misalnya sebagai bahan konstruksi, pembuatan pipa, dan insulasi kabel. PVC memiliki keunggulan, seperti kestabilan yang baik terhadap bahan kimia, insulator listrik yang baik serta ongkos produksi yang rendah. Meskipun demikian, PVC memiliki kelemahan jika terpapar pada suhu tinggi (mulai 80°C), PVC akan mengalami degradasi termal. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu ditambahkan aditif berupa stabiliser termal PVC. Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia sekaligus negara penghasil timah terbesar kedua di dunia. Dengan memanfaatkan potensi tersebut, perlu dikembangkan stabiliser termal PVC berbasis timah dengan sumber asam lemak dari minyak sawit. Stabiliser jenis tersebut dapat disintesis dari merkapto etilester asam lemak (MEAL) dengan metil timah klorida (MTC). MEAL dapat dibuat melalui reaksi kesetimbangan antara distilat asam lemak sawit (DALS) dengan merkaptoetanol (ME). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sintesis MEAL dari DALS. Sintesis dilakukan pada labu leher dua yang terhubung dengan kondensor dan barrett trap. Air sebagai produk samping disingkirkan menggunakan distilasi azeotrop pada tekanan atmosferik dengan sikloheksana sebagai entrainer dan asam p-toluena sulfonat sebagai katalis. Rasio entrainer terhadap asam lemak divariasikan pada rentang 0,5 – 3. Jenis asam lemak dan jenis entrainer juga divariasikan untuk menguji kualitas produk. Asam oleat digunakan untuk mempelajari pengaruh excess ME pada rentang 10 – 100%-mol. Kualitas produk dievaluasi dengan mengukur kadar merkaptan dan perolehannya. Secara berurutan, kadar merkaptan dan perolehan dari MEAL ditemukan pada rentang 5,8 – 7,7% dan 57 – 77%. Rancangan faktorial 22 menunjukkan bahwa kadar merkaptan dan perolehan meningkat secara signifikan seiring dengan peningkatan rasio entrainer terhadap asam lemak dan excess ME. Penyingkiran air menggunakan distilasi azeotrop memberikan waktu reaksi yang lebih cepat dibandingkan dengan distilasi vakum dengan mengorbankan kualitas produk yang diperoleh.