digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN Tahun 2017 – 2026, terjadi peningkatan total beban di Indonesia. Pada awalnya, di tahun 2017, total beban di Indonesia sebesar 234 TWh akan diperkirakan meningkat menjadi sebesar 480 TWh di tahun 2026. Salah satu upaya pemerintah dalam menanggulangi permasalahan ini adalah membangun beberapa sistem microgrid di Indonesia di tempat-tempat yang susah terjangkau listrik. Selain membawa banyak sekali keuntungan, sistem microgrid ini juga membawa masalah bagi sistem kelistrikan di Indonesia. Masalah pertama adalah meluasnya kemunculan sistem microgrid membuat sistem kelistrikan menjadi semakin luas dan rumit. Hal ini berdampak pada sistem kontrol, terutama sistem economic dispatch, karena sifatnya yang masih bersifat centralized dan harus diperbaharui terus-menerus secara manual. Kemudian, sistem economic dispatch yang ada hanya dapat mempertimbangkan fungsi harga dari generator termal yang bersifat kuadratik, sedangkan pembangkit Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang biasanya terdapat pada sistem microgrid memiliki fungsi harga yang bersifat linier. Hal ini menyebabkan perlu adanya pembaharuan pada algoritma dari sistem economic dispatch yang ada. Oleh karena itu, pada penelitian ini, terdapat modifikasi dari sistem distributed economic dispatch yang ada menggunakan metode finite-time average consensus dan distributed projected method.