COVER Widya Fath Mamerda
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Widya Fath Mamerda
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Widya Fath Mamerda
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Widya Fath Mamerda
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Widya Fath Mamerda
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Widya Fath Mamerda
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Widya Fath Mamerda
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Sel bahan-bakar padat (Solid Oxide Fuel Cell – SOFC) adalah sistem konversi
energi yang penting karena memiliki efisiensi yang tinggi, desain modular dan
ramah lingkungan. Masalah utama dalam SOFC adalah tingginya temperatur
operasi. Konvensional SOFC memiliki temperatur operasi sekitar 800-1000oC.
Perhatian saat ini difokuskan untuk menurunkan temperatur operasi SOFC menjadi
temperatur menengah (600-800oC) dan meningkatkan stabilitas penggunaan dalam
jangka panjang. Dalam upaya menurunkan temperatur operasi, diperlukan
peningkatan konduktivitas ionik yang dapat dilakukan dengan melakukan
modifikasi proses, mikrostruktur, dan komposisi.
Dalam penelitian ini, dibuat sistem elektrolit padat berbasis Gadolinium Doped
Cerium (GDC) dengan penambahan co-dopant Y,Nd dan Sm. Komposisi dari
masing-masing elektrolit padat adalah Ce0.7Gd0.2YxO1,9 , Ce0,9Gd0,075NdxO1,9 dan
Ce0,85Gd0,05SmxO2-x dengan variasi x 0%; 2,5%; 5 %; dan 7,5%. Preparasi serbuk
dilakukan dengan metode sol-gel yang melewati tahapan mixing, drying, dan
kalsinasi. Selanjutnya serbuk yang dihasilkan dikompaksi dengan gaya 40 kN
sehingga dihasilkan green pellet berdiameter kurang lebih 1 cm. Sintering
kemudian dilakukan pada variasi temperatur 1000,1200 dan 1400oC dengan waktu
penahanan 4 jam. Dimensi dan massa dari setiap sampel sebelum dan sesudah
sintering diukur untuk menentukan nilai densitas relatif dan densifikasi dari setiap
sampel. Uji Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) dilakukan
menggunakan Potensiostat Gamry Instrument Ref. 600 pada rentang temperatur
operasi 500-700 oC dengan beda suhu 50 oC setiap pengambilan data. Data hasil
pengujian EIS dianalisis untuk mengetahui karakteristik listrik dari setiap sampel.
Selain itu juga dilakukan karakterisasi sampel dengan menggunakan XRD dan
SEM.
Model rangkaian listrik ekuivalen dari setiap sampel umumnya terdiri dari L-Rg-
(Rgb/CPEgb)-(Rp3/CPE3), dimana L merupakan induktor, R ialah resistor, dan CPE
merupakan konstanta elemen fasa. Persen densifikasi akan meningkat dan nilai
hambatan butir serta batas butir akan menurun seiring dengan peningkatan suhu
sintering. Nilai densifikasi tertinggi dari masing-masing penambahan co-dopant
dicapai pada suhu 1400oC pada sampel dengan penambahan 7,5% Y, 2,5% Nd, dan
5% Sm yaitu berturut-turut sebesar 52,44%, 63,93%,dan 64,10% . Konduktivitas
ionik akan meningkat dan energi aktivasi akan menurun seiring dengan
meningkatnya suhu sintering. Konduktivitas ionik tertinggi dihasilkan oleh sampel
dengan penambahan 5% Sm pada suhu sintering 1400oC sebesar 2,75 x 10-2 S/cm
dan energi aktivasi terendah dicapai oleh sampel dengan penambahan 2,5% Nd
pada suhu sintering 1400oC sebesar 0,167 eV.