digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2019_TA_PP_TONI_AZIZ_1-_COVER.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Lili Sawaludin Mulyadi

2019_TA_PP_TONI_AZIZ_1-_BAB_1.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan

2019_TA_PP_TONI_AZIZ_1-_BAB_2.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan

2019_TA_PP_TONI_AZIZ_1-_BAB_3.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan

2019_TA_PP_TONI_AZIZ_1-_BAB_4.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan

2019_TA_PP_TONI_AZIZ_1-_BAB_5.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan


Kereta api merupakan salah satu moda transportasi yang sangat berkembang dan umum digunakan pada saat ini di Indonesia. Untuk pemeliharaan kereta api baik gerbong maupun mesin kereta api tentunya tidak lepas daripada penggunaan pelumas. Namun, pemakaian pelumas akan menimbulkan permasalahan apabila terjadinya tumpahan minyak pelumas atau kebocoran minyak pelumas. Pencemaran yang diakibatkan merupakan tantangan yang harus dihadapi dengan semakin meningkatnya pemakaiaan minyak pelumas. Minyak pelumas merupakan salah satu fraksi minyak bumi yang diperoleh dari proses destilasi yang kemudian dikarakterisasi melalui temperatur dan tekanan. Bioremediasi merupakan salah satu cara pengolahan zat pencemar dengan mendegradasi pencemar dari yang berbahaya menjadi kurang berbahaya dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Pada awal bioremediasi dilakukan dengan teknik biostimulasi dengan TPH (Total Petroleum Hydrocarbon) awal sebesar 7%. Pelaksanaan bioremediasi dengan penambahan bulking agent, sumber N dan P hingga mencapai rasio perbandingan C N dan P menjadi 100:6,39:1, 100:11,39:1, dan 100:21,39:1 dan kemudian dilakukan pengadukan dan penjagaan kelembaban tanah. Pengujian penurunan TPH yang menggambarkan konsentrasi minyak pelumas dilakukan setiap minggu dan pertumbuhan mikroorganisme dengan TPC (Total Plate Count) sekali dua minggu. Dari proses biostimulasi yang telah dilakukan selama sebelas minggu diperoleh hasil bahwa biodegradasi yang terjadi sangatlah kecil, dibuktikannya dengan konsentrasi TPH masih tinggi dan jumlah populasi mikroba yang masih kecil. Kemudian bioremediasi dilanjutkan dengan menggunakan teknik bioaugmentasi (penambahan bakteri ke tanah tercemar). Dengan menggunakan teknik ini sehingga menyebabkan terjadinya penurunan TPH yang besar dan disertai dengan pertumbuhan populasi bakteri. Dari hasil pelaksanaan bioremediasi, biostimulasi tidak cocok untuk diterapkan untuk melakukan pengolahan pelumas kereta api dan bioaugmentasi sangat cocok untuk diterapkan sehingga terjadi degradasi yang diinginkan.