2016_TS_PP_DWIANTY_PUTRI_MEITASARI_1-COVER.pdf
Terbatas agus slamet
» ITB
Terbatas agus slamet
» ITB
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah-buahan tropis terbesar di
dunia, salah satunya adalah buah pisang. Upaya dalam pengembangan dan
perbaikan mutu serta kualitas pisang agar memiliki nilai ekonomi yang signifikan
untuk dapat bersaing dipasar dunia sangat ditunjang oleh ketersediaan informasi
genetik pisang yang memadai, antara lain dalam proses identifikasi pola
pewarisan sifat pisang terutama yang berkaitan dengan karakter terhadap
resistensi atau ketahanan penyakit pisang Indonesia. Penyakit darah termasuk
dalam daftar urutan prioritas penyakit pisang di Indonesia yang memberikan
dampak kerusakan serius dan disebabkan oleh blood disease bacterium (BDB).
Kelompok famili gen tanaman yakni gen MaACO dan MaACS2 merupakan gengen
yang memiliki peran penting dalam biosintesis etilen. Selain berperan dalam
proses pematangan buah, etilen juga diketahui berperan dalam mekanisme respon
pertahanan pada tanaman. Studi mengenai ekspresi gen tersebut belum diketahui
pada mekanisme respon pertahanan tanaman pisang terhadap penyakit darah. Oleh
karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh infeksi Blood
Disease Bacterium (BDB) terhadap ekspresi gen MaACO dan MaACS2 pada
tanaman pisang yang tahan dan rentan terhadap penyakit darah (Blood Disease).
Isolat BDB yang telah diidentifikasi berasal dari buah Pisang kultivar Nangka
(AAB group) yang terinfeksi penyakit darah di Balai Penelitian Buah Tropika,
Subang. Deteksi dan identifikasi isolat BDB yang diperoleh menggunakan PCR
dengan pasangan primer Ralsonia solanacearum (RS) dan pasangan primer BDB
menunjukkan bahwa isolat tersebut memiliki tingkat kesamaan sebesar 99%-
100% dengan BDB. Pada penelitian ini, digunakan dua kultivar pisang yaitu
Pisang kultivar Mas Kirana (AA group) yang merupakan kandidat tanaman
pisang tahan terhadap penyakit darah dan pisang kultivar Klutuk (BB group) yang
merupakan kandidat tanaman pisang rentan terhadap penyakit darah. Metode
inokulasi BDB dilakukan pada tanaman pisang yang telah berumur 6 bulan
dengan cara injeksi sebanyak 2,5 ml suspensi BDB dengan kerapatan populasi
BDB 107 cfu/ml. Kerapatan populasi BDB diperoleh dengan analisis kurva baku.
Proses injeksi dilakukan pada bagian batang tanaman pisang setinggi 5 cm diatas
permukaan tanah. Pengamatan perkembangan gejala penyakit darah akibat BDB
dilihat dari perubahan fenotipik tanaman pisang yang telah diinjeksi. Studi
ekspresi gen pada tanaman pisang dilakukan secara molekuler terhadap gen
MaACO dan MaACS2 dengan menggunakan metode Reverse Transcriptase (RT)
PCR. Hasil pengamatan pada tanaman pisang yang diinokulasi BDB pada kultivar
Klutuk setelah satu minggu menunjukkan gejala penyakit darah, yakni tanaman
pisang yang melemah, daun menjadi layu dan menguning, bagian dalam batang
pisang yang mengalami perubahan warna menjadi coklat serta bonggol pisang
yang berwarna coklat dan membusuk, sedangkan pada tanaman pisang kultivar
Mas Kirana sebagai kandidat tahan BDB tidak menunjukkan gejala penyakit
darah secara signifikan. Hasil studi molekuler menunjukkan bahwa gen MaACO
dan MaACS2 diekspresikan, baik pada tanaman pisang kultivar Mas Kirana dan
Klutuk setelah injeksi BDB.