2016_TA_PP_AGUNG_EKA_SAPUTRA_1-BAB_1.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
2016_TA_PP_AGUNG_EKA_SAPUTRA_1-BAB_2.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
2016_TA_PP_AGUNG_EKA_SAPUTRA_1-BAB_3.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
2016_TA_PP_AGUNG_EKA_SAPUTRA_1-BAB_4.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
2016_TA_PP_AGUNG_EKA_SAPUTRA_1-BAB_5.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
2016_TA_PP_AGUNG_EKA_SAPUTRA_1-PUSTAKA.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Berdasarkan sejarah tsunami di Indonesia terdapat salah satu tsunami yang tergolong
ekstrim di daerah Laut Flores pada 29 Desember 1820, dari sejarah tersebut dijadikan dasar
dalam penelitian pemodelan tsunami. Penelitian pemodelan tsunami menggunakan model
COMCOT v.1.7 dengan verifikasi dari catatan sejarah tsunami Flores 1820 dalam Katalog
Wichmann yang berjudul "Earthquake of the Indian Archipelago until the year 1857".
Penelitian ini menggunakan 3 data yang terdiri dari data batimetri yang merupakan hasil
asimilasi dari data GEBCO 30 arc second dengan hasil dari peta digitasi, kemudian
digabungkan dengan data topografi yang berasal dari SRTM 15 arc second, dan data
parameter gempa pembangkit tsunami yang diambil dari parameter tsunami Flores 1992.
Dalam simulasi ini dilakukan 2 skenario, perbedaan dari kedua skenario terdapat pada
parameter gempa pembangkit tsunaminya. Skenario pertama menggunakan parameter tsunami
Flores 1992 dan pada skenario kedua dilakukan sedikit modifikasi pada parameter tsunami
Flores 1992.
Hasil penelitian menunjukkan distribusi tinggi tsunami maksimum dan waktu tiba.
Pada skenario pertama memberikan hasil tinggi tsunami di daerah Bima sebesar 2,91 meter
dengan waktu tiba 28,9 menit, daerah Nipa-Nipa 0,73 meter dengan waktu tiba 41,9 menit,
dan daerah Terang-Terang sebesar 3,37 meter dengan waktu tiba 48,9 menit. Sementara pada
skenario kedua memberikan hasil tinggi tsunami di daerah Bima sebesar 3,84 meter dengan
waktu tiba 30,4 menit, daerah Nipa-Nipa 0,95 meter dengan waktu tiba 43,7 menit, dan daerah
Terang-Terang sebesar 4,39 meter dengan waktu tiba 50,7 menit. Hasil skenario kedua lebih
mendekati dengan catatan sejarah tsunami Flores 1820, dengan selisih tinggi tsunami sekitar
14-20 meter. Perbedaan tersebut disebabkan oleh keterbatasan data dalam sejarah tsunami
Flores 1820.