digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


2016_TA_PP_AISYAH_BIANNY_RAHMANUGROHO_1-BAB_1.pdf
Terbatas  hidayat
» Gedung UPT Perpustakaan

2016_TA_PP_AISYAH_BIANNY_RAHMANUGROHO_1-BAB_2.pdf
Terbatas  hidayat
» Gedung UPT Perpustakaan

2016_TA_PP_AISYAH_BIANNY_RAHMANUGROHO_1-BAB_3.pdf
Terbatas  hidayat
» Gedung UPT Perpustakaan

2016_TA_PP_AISYAH_BIANNY_RAHMANUGROHO_1-BAB_4.pdf
Terbatas  hidayat
» Gedung UPT Perpustakaan

2016_TA_PP_AISYAH_BIANNY_RAHMANUGROHO_1-BAB_5.pdf
Terbatas  hidayat
» Gedung UPT Perpustakaan

2016_TA_PP_AISYAH_BIANNY_RAHMANUGROHO_1-BAB_6.pdf
Terbatas  hidayat
» Gedung UPT Perpustakaan

2016_TA_PP_AISYAH_BIANNY_RAHMANUGROHO_1-PUSTAKA.pdf
Terbatas  hidayat
» Gedung UPT Perpustakaan

Peningkatan angka permukiman kumuh di Indonesia, khususnya DKI Jakarta menimbulkan masalah yang kompleks, seperti degradasi lingkungan dan menurunnya citra kota. Salah satu inovasi dalam penyelesaian masalah tersebut adalah program kampung deret. Melalui program ini, permukiman kumuh yang kurang teratur ditata dan mengalami peningkatan nilai kesehatan dengan pembangunan rumah deret. Ide kampung deret merupakan suatu ide yang dianggap baru oleh masyarakat Petogogan dan dikatakan program yang berhasil. Tetapi belum ada penelitian terkait penyebaran inovasi kampung deret di Petogogan sehingga warga Petogogan mau untuk mengadopsi inovasi tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses difusi inovasi ide kampung deret di Petogogan, Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode campuran kualitatif dan kuantitatif. Sementara strategi yang digunakan adalah strategi eksplanatoris sekuensial. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dengan agen peubah, observasi lapangan, kuesioner kepada masyarakat Petogogan sebagai unit pengadopsi dan juga kajian literatur. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan elemen-elemen proses inovasi, analisis deskriptif eksploratif dan analisis statistik deskriptif. Hasil studi memperlihatkan bahwa menurut kriteria keberhasilan inovasi oleh Perlman (1993), program kampung deret ini memenuhi kriteria sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa inovasi ide kampung deret ini berhasil. Proses inovasi kampung deret ini berawal dari pendataan dan sayembara kepada warga Petogogan yang dilakukan oleh Ketua RW setempat yang kemudian diajukan kepada Pemerintah Daerah untuk menjadikan Kampung Petogogan sebagai calon lokasi penerima bantuan perbaikan kampung yang selanjutnya disebut dengan program kampung deret. Proses difusi inovasi yang terjadi dalam keberjalanan program kampung deret melibatkan banyak pihak dari berbagai tingkat, dari tingkat pemerintah pusat sampai dengan tingkat masyarakat di Petogogan. Keberhasilan untuk membuat warga Petogogan menyetujui inovasi ide kampung deret tidak lepas dari peran agen peubah dan tokoh masyarakat di Petogogan karena mereka tergolong early adopter yang terlebih dahulu mengetahui adanya inovasi dan mengadopsi inovasi tersebut.