digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Gunung Ciremai merupakan salah satu gunungapi aktif yang terletak di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Gunung Ciremai telah mengalami empat kali erupsi berdasarakan Situmorang, 1995 dan menghasilkan material banyak endapan material vulkanik dan tersebar sangat luas di Kabupaten Kuningan. Dan sebagian material-material vulkanik muda tersebut menjadi akuifer yang baik untuk tempat mengalirnya airtanah Penelitian bertujuan untuk mengetahui Mengetahui sifat fisik dan kimia airtanah disekitar Gunung Ciremai yang menjadi sumber air utama masyarakat Kabupaten Kuningan dan Cirebon, mengetahui genesa airtanah disekitar Gunung Ciremai, dan mengetahui Anomali isotop δ13C dalam airtanah dan pola aliran airtanah disekitar Gunung Ciremai. Terdapat 52 titik observasi mata air dingin pada daerah penelitian dan telah dilakukan analisis laboratorium terhadap 21 conto mata air dingin untuk diketahui kandungan unsur utama dan unsur minor terlarut dalam airtanah serta analisis IRMS untuk mengatahui kandungan isotop δ13C pada airtanah. Parameter terukur di mata air dingin dilapangan terdiri dari temperatur (T), derajat keasaman (PH), konduktivitas listrik (EC), total padatan terlarut (TDS) dan debit (Q). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 (1990), airtanah pada lokasi penelitian penelitian memiliki kualitas yang baik dan layak untuk dikonsumsi serta memiliki debit yang cukup besar. Data ion utama dianalisis menggunakan Diagram Piper untuk mengetahui tipe airtanah di daerah penelitian. Terdapat tiga tipe fasies airtanah, tipe I (HCO3- + CO3), tipe II (Ca+Mg – HCO3-) dan tipe III (Na++K+ - Cl-+SO42-). Analisis diagram piper pada anion dan kation conto air di daerah penelitin tidak memperlihatkan variasi yang signifikan. Tipe-tipe ini masih didominasi oleh ion bikarbonat yang terkandung di dalam air. Sumber ion bikarbonat pada daerah penelitian untuk air tipe I dan tipe II diperkirakan berasal dari air meteorik. Nilai isotop δ13C pada daerah penelitin berkisar dinilai -2.72 sampai -20.71 0/00. Airtanah dengan nilai isotop δ13C kurang dari -10 diinterpretasikan memiliki pola aliran airtanah yang cukup dalam sedangkan untuk nilai isotop δ13C yang lebih kecil dari -10 memiliki pola aliran airtanah yang dangkal. Peran struktur geologi sangat berpengaruh sehingga airtanah dalam dapat muncul ke permukaan sebagai mata air.