Banyaknya risiko yang terdapat pada industri farmasi dan banyaknya regulasi yang harus
dipenuhi oleh perusahaan farmasi, menuntut perusahaan untuk memiliki sebuah rancangan
manajemen risiko yang dapat menggambarkan seluruh risiko yang berada pada kegiatan bisnis
perusahaan. Manajemen risiko yang dapat menggambarkan seluruh risiko dari setiap kegiatan
dapat meningkatkan kesadaran perusahaan mengenai ancaman apa saja yang dapat dialami
perusahaan dan dapat meningkatkan daya saing perusahaan.
PT Harsen adalah salah satu perusahaan farmasi yang berlokasi di Jakarta yang memproduksi
obat-obat non-hormonal dan hormonal, serta telah dipasarkan di seluruh Indonesia dan luar
negeri. Saat ini, PT Harsen belum memiliki sebuah manajemen risiko yang dapat
menggambarkan seluruh risiko yang ada pada perusahaan secara terintegrasi. Adanya kasus
penarikan obat dan penolakan izin edar, serta kasus keselamatan kerja pada PT Harsen
membuat PT Harsen harus lebih meningkatkan manajemen risiko yang dimiliki.
Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan suatu perancangan manajemen risiko yang dapat
menggambarkan seluruh risiko perusahaan karena pada saat ini perusahaan hanya memiliki
manajemen risiko untuk kualitas produk yang dihasilkan dan tidak terintegrasi dengan seluruh
risiko yang dapat terjadi di perusahaan. Rancangan manajemen risiko yang diusulkan pada
penelitian ini menggunakan Hybrid Risk Management (HRM) yang dirancang oleh Ting, Kwok
& Tsang pada tahun 2009. HRM menggabungkan tiga metodologi manajemen risiko, yaitu
Hierarchical Holographic Model (HHM), Enterprise Risk Management (ERM), serta Business
Continuity Plan (BCP) dan Disaster Recovery Plan (DRP).
Hasil dari proses identifikasi risiko menunjukkan bahwa PT Harsen memiliki 14 topik risiko,
37 subtopik risiko, dan 57 skenario risiko. Risiko-risiko tersebut dinilai, hingga menghasilkan
usulan respons risiko. Dari respons risiko tersebut, dibuat sebuah dokumen BCP dan DRP
sebagai rencana untuk menghadapi risiko.