Unjuk kerja jangka panjang dari suatu campuran bitumen dipengaruhi oleh keawetannya yakni kemampuannya untuk menahan pengaruh-pengaruh yang merusak dari kondisi iklim yang merugikan. Di laboratorium, ketahanan campuran terhadap air biasanya ditentukan dengan menilai pengaruh perendaman jangka waktu yang relatip pendek di air pada temperatur yang dinaikkan terhadap beberapa indikator dari kekuatan campuran. Akan tetapi penilaian keawetan cara ini tidak bisa menjelaskan dengan sepenuhnya akibat dari perusakan jangka panjang oleh air. Pada beberapa lokasi daerah pantai di Indonesia, material campuran bitumen berhubungan langsung dengan air garam untuk waktu yang lama. Pengaruh air garam terhadap keawetan campuran bitumen tersebut belum diteliti secara luas. Dalam penelitian yang diuraikan tesis ini, benda uji campuran HRS Klas A direndam dalam air garam pada temperatur lingkungan dan pada dua konsentrasi (5% dan 10%) untuk waktu 10, 20, 40, 60 dan 90 hari dan akibat bagi kekuatan tekan secara aksial dan ketahanan terhadap deformasi permanen dievaluasi. Kekuatan tekan ditentukan pada benda uji ukuran Marshall dan ketahanan deformasi pada uji wheel tracking. Untuk tujuan kontrol, uji yang sama dilakukan pada benda uji yang direndam di air tawar pada waktu yang sama. Campuran HRS yang diteliti memenuhi segala kriteria perencanaan Bina Marga dan khususnya mempunyai indeks ketahanan stabilitas 88%. Benda uji yang direndam di air tawar memperlihatkan kehilangan kekuatan sedikit tetapi secara menerus sampai 60 hari perendaman; Tidak ada kehilangan lebih lanjut bila masa perendaman bertambah menjadi 90 hari. Benda uji yang direndam di air garam, kekuatannya bertambah pada masa perendaman 10 dan 20 hari. Akan tetapi setelah 40 hari perendaman, kekuatannya berkurang 17.4% dan 20.3% (5% dan 10% kadar garam ) dibandingkan dengan kehilangan 13.2% untuk benda uji yang direndam di air tawar. Setelah 90 hari perendaman, kekuatan benda uji yang direndam di air mengandung 5% dan 10% garam akan berkurang secara berurut 32.9 dan 39.1%. Memperhatikan kehilangan kekuatan dalam istilah indeks durabilitas kedua seperti dimaksud oleh Craus dan rekan-rekan (1981), perendaman di air tawar dan garam selama 90 hari menghasilkan suatu kehilangan keawetan. Kehilangan kekuatan lebih besar bila campuran direndam di air garam dan kehilangan kekuatan lebih tinggi pada konsentrasi garam 10%. Pada up wheel tracking , kecepatan deformasi benda uji direndam di air garam untuk waktu yang lama, lebih tinggi dari benda uji yang direndam di air tawar; lebih tinggi kadar garam lebih besar kecepatan deformasinya.