Sesar Baribis yang merupakan salah satu sesar naik utama yang berkembang di Jawa Barat, pertama kali diperkenalkan oleh van Benmelen (1949), dengan mengambil nama perbukitan Baribis di daerah Kadipaten, Majalengka, Jawa Barat. Struktur sesar tersebut dapat diamati jejak-jejaknya sepanjang kurang lebih 70 km, mulai dari Subang hingga ke daerah perbukitan Baribis, sebelah barat Gunung Ciremai (Bemmelen, 1949). Peneliti lain yang pernah membahas Sesar Baribis adalah Martodjojo (1984) dan Simandjuntak (1994), yang masing-masing memberikan kesimpulan yang berbeda baik tektonik regional yang melatarbelakangi pembentukan Sesar Baribis maupun jalur sesarnya. Martodjojo (1984) menyatakan bahwa jalur Sesar Baribis di bagian timur (Daerah Kadipaten) berbelok ke arah tenggara dan menerus hingga tenggara (Gambar 1.1), sedangkan menurut Simandjuntak (1994), jalur Sesar Baribis menerus ke arah timur hingga ke Nusatenggara Barat (Gambar 1.2). Jalur Sesar Baribis yang terakhir ini selanjutnya dinamakan sebagai Baribis-Kendeng Thrust (Simandjuntak, 1994). Di beberapa tempat, jalur Baribis-Kendeng Thrust dipotong oleh sesar mendatar Citanduy, Cimandiri dan sesar-sesar mendatar lainnya (Simandjuntak, 1994). Adanya sesar mendatar yang memotong Sesar Baribis, mengakibatkan secara lokal terjadi perubahan jalur sesar , seperti yang dijumpai di daerah Kadipaten, dimana jalur Sesar Baribis berbelok ke arah tenggara (Simandjuntak, 1997, komunikasi lisan).