ASSESSMENT OF THE STRUCTURAL INTEGRITY OF THE JAKARTA - CIKAMPEK TOLL ROAD PAVEMENT, Suwendi, 1995, Program Magister Sistem dan Teknik Jalan Raya, Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung. Proporsi jaringan jalan di Indonesia dari tahun ke tahun bertambah, baik volume maupun mutu. Setelah jumlah dibuka dan digunakan, umur layannya akan berkurang sampai batas minimum yang masih bisa diterima. Selama dan sesudah umur layannya, jalan memerlukan perawatan dan penguatan. Riset ini berkaitan dengan metoda-metoda yang diperlukan untuk evaluasi keutuhan struktur perkerasan, yang meliputi analisa beban lalu-lintas, memilih model lapis tambahan dan lendutan, juga mengkaji keutuhan struktur perkerasan dengan menggunakan beban lalu-lintas, serta model lapis tambahan dan lendutan terpilih. Karelia Jalan yang dipilih untuk studi ini adalah Jalan Toll Jakarta - Cikampek, maka perlu dibuat traffic assignment model. Dengan traffic assignment model ini, beban lalu-lintas dapat didistribusikan secara tepat keseluruh jaringan jalan toll. Hasil analisa menunjukkan bahwa pertumbuhan lalu-lintas pada Jalan Toll Jakarta - Cikampek, selama periode 1989 - 1994, rata-rata lebih besar dari 20 % per tahun. Beban lalu-lintas kumulatip suatu seksi jalan tertentu selama perioda 1994 - 2000, bervariasi dari 5 juta untuk lajur cepat kasus beban normal sampai 200 juta sumbu standar untuk lajur lambat kasus beban berlebih. Beban sumbu pada perhitungan diatas didapat dari survey WIM (Weigh-in-Motion). Pemeriksaan terhadap model-model lapis tambahan dan lendutan yang diusulkan oleh Asphalt Institute, Bina Marga, HRODI & ACODI, dan NAASRA, juga dilakukan. Kesimpulannya adalah model lendutan Bina Marga (BMC'83), dan model lapis tambahan ACODI (CGRA'65), dengan faktor ekivalen (EF) = 2 adalah model yang paling sesuai. Mengingat metoda ACODI pernah digunakan secara luas di Indonesia, sebagai perbandingan dengan metoda Bina Marga dan DAMA, metoda ini juga digunakan dalam perhitungan lapis tambahan. Umur sisa perkerasan bervariasi dari 1 juta sampai 100 juta sumbu standar, baik dihitung dengan metoda Bina Marga maupun program DAMA. Secara umum metoda Bina Marga memberi umur sisa lebih besar dibandingkan dengan program DAMA. Umur kritis perkerasan berdasarkan program DAMA (dengan sistem 2 lapis) ditentukan oleh komponen vertical strain diatas subgrade, jadi compressive strain diatas subgrade (DAMA) adalah lebih menentukan dibanding kriteria lendutan (Bina Marga); studi lanjutan perlu dilakukan dengan memperlakukan eksisting perkerasan sebagai sistem 3 lapis. Kebutuhan akan lapis tambahan pada perkerasan eksisting dad 0 sampai 200 mm (Bina Marga), 25 sampai 230 mm (ACODI), dan 25 sampai 340 mm (DAMA). Secara umum Bina Marga memberi lapis tambahan paling tipis, program DAMA paling tebal, dan ACODI diantaranya. Dari perhitungan dengan program DAMA (sistem 3 lapis), umur kritis perkerasan desain, ditentukan oleh tensile strain dibawah lapisan aspal lapis tambahan, jadi tensile strain lebih menentukan dibandingkan dengan kriteria lendutan (Bina Marga); perlu dilakukan studi lanjutan dengan memperlakukan perkerasan eksisting sebagai sistem 3 lapis (4 lapis dengan lapis tambahan). Pada riset ini telah ditunjukkan bahwa koreksi suhu mempunyai pengaruh yang berarti baik pada perhitungan umur sisa perkerasan maupun lapis tambahan. Untuk itu perlu dilakukan riset lanjutan untuk menentukan faktor koreksi suhu. Akhirnya, ditunjukkan pula bahwa pengurangan tebal lapis tambahan sebagai akibat terbatasnya dana, memberi pengaruh yang merugikan pada umur perkerasan