digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

bergerak pada sektor konstruksi. Dalam rangka memperkokoh posisinya dalam sektor konstruksi, PT Waskita Karya berkomitmen penuh dalam menerapkan manajemen risiko, serta menyadari bahwa pengelolaan risiko yang baik melalui kerangka manajemen risiko yang andal menjadi kebutuhan bagi setiap perusahaan dalam menjaga keberlangsungan usahanya. Penerapan manajemen risiko pada PT Waskita Karya berpedoman pada metodologi COSO - Enterprise Risk Management Framework. Meningkatnya tantangan dari lingkungan eksternal mengenai kesiapan rantai suplai pada sektor konstruksi, meningkatnya risiko terkait rantai suplai yang dapat menyebabkan keterlambatan proyek konstruksi, serta timbulnya urgensi untuk mengaitkan framework SCRM dengan COSOERM secara eksplisit agar lebih sinergis, merupakan tiga isu utama yang melandasi urgensi penerapan manajemen risiko rantai suplai, terutama pada proyek konstruksi yang dijalankan PT Waskita Karya. Perancangan penerapan manajemen risiko rantai suplai pada sektor konstruksi akan menggunakan kerangka Supply Chain Risk Management Process (SCRMP) yang diperkenalkan pada tahun 2011. Perancangan manajemen risiko rantai suplai akan dilakukan pada salah satu proyek gedung yang masih dalam tahap pembangunan dan terpapar oleh risiko keterlambatan proyek, yaitu proyek Waskita Rajawali Tower. Proses manajemen risiko rantai suplai dimulai dengan mengidentifikasi pemangku kepentingan rantai suplai pada proyek, serta memetakan aktivitas proses bisnis rantai suplai berdasarkan tahap Plan, Source, Build, dan Handover. Selanjutnya dilakukan proses identifikasi risiko rantai suplai berdasarkan analisis ketidakpastian pada tiap proses bisnis serta tinjauan literatur. Setelah 64 risiko rantai suplai teridentifikasi, dilakukan proses pengukuran konsekuensi dan probabilitas kepada 10 orang responden menggunakan kuesioner. Hasil kuesioner kemudian diolah menggunakan Relative Importance Index (RII), yang selanjutnya dipakai sebagai parameter klasifikasi risiko rantai suplai ke dalam empat kategori sesuai selera risiko perusahaan, yaitu risiko ekstrim, tinggi, moderat, dan rendah. Proses evaluasi risiko mengklasifikan 64 risiko rantai suplai menjadi 34 risiko moderat dan 30 risiko rendah. Proses manajemen risiko dilanjutkan dengan perancangan mitigasi untuk 10 risiko dengan Risk Exposure Values tertinggi. Usulan mitigasi risiko dirancang berdasarkan strategi risk avoidance, risk reduction, risk acceptance, dan risk transfer. Pada tahap terakhir dilakukan perancangan dua prosedur untuk proses kontrol dan pengawasan risiko yang selanjutnya dapat diterapkan oleh perusahaan.