bergerak pada sektor konstruksi. Dalam rangka memperkokoh posisinya dalam sektor konstruksi,
PT Waskita Karya berkomitmen penuh dalam menerapkan manajemen risiko, serta menyadari
bahwa pengelolaan risiko yang baik melalui kerangka manajemen risiko yang andal menjadi
kebutuhan bagi setiap perusahaan dalam menjaga keberlangsungan usahanya. Penerapan
manajemen risiko pada PT Waskita Karya berpedoman pada metodologi COSO - Enterprise Risk
Management Framework.
Meningkatnya tantangan dari lingkungan eksternal mengenai kesiapan rantai suplai pada sektor
konstruksi, meningkatnya risiko terkait rantai suplai yang dapat menyebabkan keterlambatan
proyek konstruksi, serta timbulnya urgensi untuk mengaitkan framework SCRM dengan COSOERM
secara eksplisit agar lebih sinergis, merupakan tiga isu utama yang melandasi urgensi
penerapan manajemen risiko rantai suplai, terutama pada proyek konstruksi yang dijalankan PT
Waskita Karya. Perancangan penerapan manajemen risiko rantai suplai pada sektor konstruksi
akan menggunakan kerangka Supply Chain Risk Management Process (SCRMP) yang
diperkenalkan pada tahun 2011. Perancangan manajemen risiko rantai suplai akan dilakukan pada
salah satu proyek gedung yang masih dalam tahap pembangunan dan terpapar oleh risiko
keterlambatan proyek, yaitu proyek Waskita Rajawali Tower.
Proses manajemen risiko rantai suplai dimulai dengan mengidentifikasi pemangku kepentingan
rantai suplai pada proyek, serta memetakan aktivitas proses bisnis rantai suplai berdasarkan tahap
Plan, Source, Build, dan Handover. Selanjutnya dilakukan proses identifikasi risiko rantai suplai
berdasarkan analisis ketidakpastian pada tiap proses bisnis serta tinjauan literatur. Setelah 64 risiko
rantai suplai teridentifikasi, dilakukan proses pengukuran konsekuensi dan probabilitas kepada 10
orang responden menggunakan kuesioner. Hasil kuesioner kemudian diolah menggunakan
Relative Importance Index (RII), yang selanjutnya dipakai sebagai parameter klasifikasi risiko
rantai suplai ke dalam empat kategori sesuai selera risiko perusahaan, yaitu risiko ekstrim, tinggi,
moderat, dan rendah. Proses evaluasi risiko mengklasifikan 64 risiko rantai suplai menjadi 34
risiko moderat dan 30 risiko rendah.
Proses manajemen risiko dilanjutkan dengan perancangan mitigasi untuk 10 risiko dengan Risk
Exposure Values tertinggi. Usulan mitigasi risiko dirancang berdasarkan strategi risk avoidance,
risk reduction, risk acceptance, dan risk transfer. Pada tahap terakhir dilakukan perancangan dua
prosedur untuk proses kontrol dan pengawasan risiko yang selanjutnya dapat diterapkan oleh
perusahaan.