Pada ledakan investasi saat ini, terdapat peningkatan jumlah permintaan dari orang-orang
tertentu yang menganggap bahwa keuntungan bukanlah satu-satunya tujuan investasi mereka,
tetapi kriteria non-keuangan tertentu pun harus terpenuhi. Dari literatur yang tersedia, terdapat
banyak ketidaksepakatan di kalangan investor, perusahaan, LSM, dan akademisi tentang apa
itu 'investasi etis'. Telah banyak diamati dalam banyak penelitian bahwa motif keuangan
mendorong keputusan investasi dengan intensitas yang jauh lebih besar daripada nilai-nilai
moral yang mungkin mereka miliki. Investasi Bertanggung Jawab Sosial (SRI) telah muncul
sebagai isu penting dan menarik perhatian sejumlah besar investor. Para investor ini tampaknya
dipandu oleh rasa kewajiban moral untuk menyeimbangkan pengejaran kekayaan dengan
kepedulian etis atau lingkungan. Sekolah Bisnis dan Manajemen, Institut Teknologi Bandung
(SBM ITB) sebagai sekolah bisnis memiliki peran penting dalam rangka mempersiapkan
pemimpin untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam hal menemukan dan
menerapkan nilai-nilai yang dapat meningkatkan masa depan dunia kita. Namun, faktor-faktor
yang menyebabkan mahasiswa untuk berinvestasi secara sosial dan bertanggung jawab belum
dapat dipahami dengan baik, terutama di SBM ITB. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pola investasi siswa terhadap perusahaan yang terlibat dalam pembuatan praktik etis dan tidak
etis di berbagai faktor demografi dan untuk mengetahui faktor-faktor yang secara signifikan
mempengaruhi perilaku investasi etis dalam pendanaan investasi. Data primer dikumpulkan
dengan membagikan survei melalui kuesioner. Jumlah total responden dalam penelitian ini
adalah 100 responden. Untuk teknik analisis, deskriptif analisis, ANOVA satu arah, ols dan
regresi logistik. Temuan menunjukkan bahwa kelas, jenis kelamin, dan tunjangan secara
signifikan mempengaruhi keputusan investasi etis. Tunjangan yang ditemukan memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku investasi etis. Penelitian ini juga menemukan
bahwa siswa dengan tingkat tunjangan yang lebih tinggi, kelas yang lebih tinggi, dan
perempuan cenderung membuat keputusan etis.