Indonesia termasuk wilayah negara dengan cedera pada anak kedua tertinggi di dunia, yaitu 49 per 100.000 anak per tahunnya. Terdapat berbagai penyebab utama dari jumlah tersebut dan salah satu kontribusi terbesar berasal dari kecelakaan terkait alat permainan anak. Hal ini diakui oleh Asosiasi Persatuan Guru Pendidikan Anak Usia Dini dan Persatuan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia yang ingin bekerja sama dalam melakukan perbaikan kualitas permainan yang tidak memadai baik dari aspek keamanan maupun aspek pendidikan terutama di lembaga-lembaga Pendidikan Anak Usia Dini. Setelah dilakukan survei awal di 51 Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Kota Bandung, didapat bahwa seluncuran merupakan alat permainan yang paling berisiko, yaitu menyebabkan cedera berat lebih dari tiga kali per tahunnya. Oleh karena itu, fokus dari penelitian ini adalah merancang alat permainan seluncuran agar memenuhi kebutuhan keamanan dan pendidikan.
Metodologi yang digunakan untuk perancangan seluncuran adalah desain teknik yang terbagi menjadi enam tahap. Tahap pertama adalah klarifikasi tugas produk dengan hasil diagram pohon tujuan. Tahap kedua adalah spesifikasi produk dengan matriks House of Quality. Tahap ketiga adalah analisis fungsi dengan metode FAST dan Black Box. Tahap keempat adalah pengembangan konsep dengan peta morfologi dan metode Pugh. Tahap kelima adalah penyusunan konsep awal produk dengan sketsa berdasarkan embodiment checklist. Tahap keenam adalah penyusunan konsep detail dengan menggunakan peranti lunak Solidworks.
Berdasarkan pelaksanaan proses perancangan, didapat hasil desain yang mampu memenuhi 7 kebutuhan prioritas dari total 25 kebutuhan yang telah mencakup minimal satu indikator aspek pendidikan dan keamanan. Desain yang dihasilkan berupa seluncuran bertema hewan dengan warna merah-biru, terdiri dari tangga tertutup, handle tertutup, platform berdinding, jalur seluncuran lurus dengan satu perbedaan ketinggian sudut, alas lantai pasir, dan jangkar berupa detachable anchor sesuai Paten US4653245 A .