Pekerjaan perawat termasuk salah satu pekerjaan yang tergolong memiliki risiko tertinggi terkena work-related musculoskeletal disorders (WMSDs). Penyebab utamanya adalah perubahan postur tubuh yang tidak tepat secara berulang-ulang saat perawat melakukan aktivitas pemindahan pasien secara manual yang menyebabkan adanya tekanan pada bagian tubuh yang sama untuk jangka waktu yang cukup panjang. Pasien yang banyak ditangani adalah pasien disabilitas sehingga membutuhkan pelayanan dari para perawat. Di Indonesia, alat bantu pindah pasien (ABPP) berupa patient floor lift sudah dikembangkan, namun belum digunakan secara massal karena memerlukan evaluasi. Oleh karena itu, pada penelitian ini, penggunaan prototipe ABPP dievaluasi dengan menggunakan beragam metode dari aspek biomekanika untuk aktivitas pemindahan pasien disabilitas total (mengalami kelumpuhan pada tangan dan kaki), lalu meninjau apakah penggunaan prototipe ABPP mampu menurunkan risiko cedera MSDs bagi perawat apabila dibandingkan dengan pemindahan manual.
Evaluasi biomekanika meliputi analisis postur tubuh menggunakan metode REBA dan RULA serta pemodelan postur dengan software 3DSSPP untuk mendapatkan nilai gaya kompresi dan gaya geser. Selain itu, analisis juga dilakukan dari segi waktu dan menggunakan skala Borg untuk melihat besarnya beban/rasa sakit yang dirasakan perawat saat melakukan aktivitas pemindahan. Penelitian ini melibatkan 12 orang partisipan perawat dan 1 orang partisipan pasien disabilitas. Desain eksperimen adalah within subject design, sehingga partisipan perawat melakukan 2 kali simulasi pemindahan pasien; secara manual dan menggunakan prototipe ABPP.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa penggunaan prototipe ABPP terbukti bermanfaat menurunkan risiko low back pain bagi perawat karena nilai gaya kompresi dan gaya geser yang dihasilkannya berada di bawah batas aman yang direkomendasikan serta lebih kecil dari pemindahan secara manual. Hasil analisis postur dengan REBA dan RULA menunjukkan bahwa penggunaan prototipe ABPP mampu menurunkan risiko cedera MSDs menjadi negligible risk hingga medium risk dan hanya membutuhkan action level 1 dan 2. Besarnya beban/rasa sakit yang dipersepsikan partisipan perawat dari aktivitas pemindahan pasien berkurang hingga 55%. Pemindahan pasien dengan prototipe ABPP membutuhkan waktu yang jauh lebih lama dibandingkan pemindahan manual. Oleh karena itu, penggunaan prototipe ABPP sebaiknya dibatasi hanya pada waktu-waktu normal yang memiliki batasan waktu yang lebih longgar, serta adanya pelatihan bagi para perawat dan komitmen kuat dari pihak manajemen untuk menjalankan program pemindahan pasien secara aman dan berkelanjutan.