digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER ARMEINA INTAN ROSIANA
PUBLIC Dewi Supryati

BAB 1 ARMEINA INTAN ROSIANA
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 ARMEINA INTAN ROSIANA
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 ARMEINA INTAN ROSIANA
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 ARMEINA INTAN ROSIANA
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 ARMEINA INTAN ROSIANA
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 6 ARMEINA INTAN ROSIANA
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA ARMEINA INTAN ROSIANA
PUBLIC Dewi Supryati

Saat ini komunikasi merupakan sebuah kebutuhan yang harus dimiliki oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari industri telekomunikasi yang terus berkembang semakin pesat dan menjadi salah satu perhatian utama pemerintah. Salah satu pendukung dari perkembangan teknologi telekomunikasi yaitu infrastruktur telekomunikasi itu sendiri. Perusahaan yang bergerak di bidang infrastruktur telekomunikasi tentunya harus bersaing dengan ketat untuk memberikan penawaran yang terbaik kepada pelanggan. Namun dalam keberjalanannya, sebuah bisnis pasti akan menghadapi berbagai risiko yang dapat menghambat keberjalanan bisnis sehingga perusahaan harus memiliki sistem manajemen risiko yang baik agar dapat menangani risiko-risiko yang ada. PT X sadar bahwa terdapat risiko yang dapat menghambat kesuksesan perusahaan. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah pengukuran maturitas manajemen risiko untuk melihat implementasi manajemen risiko yang telah dilakukan oleh perusahaan. Pengukuran maturitas manajemen risiko PT X yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan model RIMS Risk Maturity Model yang dikembangkan oleh Minsky & Fox (2015). Model ini memiliki tujuh atribut utama yang akan digunakan untuk mengukur maturitas manajemen risiko pada skala ERM (Enterprise Risk Management) di perusahaan. Atribut tersebut diantaranya pendekatan berbasis ERM, manajemen proses ERM, risk appetite management, pengetahuan akar masalah, pengungkapan risiko, manajemen kinerja, serta ketahanan dan keberlanjutan bisnis. Pengukuran maturitas dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang disebar kepada beberapa responden yang paham dan berperan langsung dalam implementasi manajemen risiko di PT X. Hasil pengolahan data yang diperoleh dari jawaban kuesioner oleh sembilan responden didapatkan untuk atribut pendekatan berbasis ERM bernilai 2,80, atribut manajemen proses ERM bernilai 3,16, atribut risk appetite management bernilai 3,16, pengetahuan akar masalah bernilai 3,34, atribut pengungkapan risiko bernilai 3,25, atribut manajemen kinerja bernilai 3,16, serta atribut ketahanan dan keberlanjutan bisnis bernilai 3,30, dimana skala maksimum adalah 5. Hasil tersebut kemudian divalidasi dengan kondisi aktual perusahaan dan berdasarkan karakteristik level yang dimiliki RIMS RMM diperoleh bahwa tingkat maturitas manajemen risiko PT X berada di Level 2: Initial. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perusahaan sudah mengimplementasikan manajemen risiko secara terstruktur namun belum dilakukan dan terintegrasi oleh seluruh bagian di perusahaan. Berdasarkan hasil tersebut, perusahaan perlu meningkatkan maturitas manajemen risiko ke tingkat yang lebih tinggi dengan melakukan training pada karyawan agar budaya manajemen risiko dimiliki oleh setiap karyawan dan melakukan analisis kuantitatif pada proses manajemen risiko berupa perhitungan finansial untuk membantu PT X mengambil keputusan dalam mengendalikan risiko.