digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 ADI WIRAWAN - NIM : 12514054
Terbatas  firman85
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 ADI WIRAWAN - NIM : 12514054
Terbatas  firman85
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 ADI WIRAWAN - NIM : 12514054
Terbatas  firman85
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 ADI WIRAWAN - NIM : 12514054
Terbatas  firman85
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 ADI WIRAWAN - NIM : 12514054
Terbatas  firman85
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA ADI WIRAWAN - NIM : 12514054
Terbatas  firman85
» Gedung UPT Perpustakaan

Pertumbuhan penduduk mengakibatkan kebutuhan akan energi listrik terus meningkat. PLTU merupakan pembangkit listrik yang masih banyak digunakan karena menggunakan bahan bakar batubara yang relatif murah. Pembakaran batubara menghasilkan gas rumah kaca yang dapat menyebabkan perubahan iklim. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan efisiensi pada PLTU sehingga dihasilkan listrik yang lebih banyak dengan bahan bakar yang sama. Untuk meningkatkan efisiensi pada PLTU perlu dilakukan peningkatan temperatur dan tekanan uap operasi. Oleh karena itu dibutuhkan material yang tahan oksidasi dan tahan hot corrosion. Dalam penelitian ini, analisis hot corrosion coating NiCr//NiCr[400 mesh] + Cr3C2 dilakukan menggunakan metode pencelupan spesimen ke dalam larutan garam lalu memberikan perlakuan hot corrosion dengan tujuan menguji ketahanan spesimen terhadap serangan hot corrosion serta mempelajari pengaruh garam NaCl dan Na2SO4 terhadap hot corrosion yang terjadi. Serangkaian percobaan dilakukan untuk mempelajari ketahanan hot corrosion coating NiCr//NiCr[400 mesh] + Cr3C2 yang dicoating menggunakan teknik HVOF pada substrat stainless steel 304 dengan variasi garam NaCl dan Na2SO4 pada temperatur 750oC. Pengujian dilakukan menggunakan muffle furnace dengan variasi persen mol (% mol) garam Na2SO4/NaCl (100/0 ; 66/33 ; 33/66 ; 0/100) dan variasi waktu 5 jam dan 50 jam pada temperatur 750oC. Setelah pengujian, senyawa produk korosi temperatur tinggi akan diidentifikasi menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) dan ketebalan oksida yang terbentuk, pitting, spalling dan morfologi spesimen diidentifikasi menggunakan Scanning Electron Microscope – Energi Dispersion Spectrometri (SEM-EDX). Hot Corrosion tipe II terjadi pada spesimen dengan variasi % mol garam Na2SO4/NaCl (66/33, 33/66 dan 0/100) karena terdapat pitting pada spesimen tersebut. Ketebalan oksida tertinggi adalah 18,63 um dan kedalaman pitting terdalam adalah 25,33 um terjadi pada spesimen 100% NaCl dengan perlakuan hot corrosion selama 50 jam. Peningkatan kadar NaCl pada variasi garam mengakibatkan peningkatan kecepatan penebalan oksida pada permukaan spesimen karena gas Cl2 dapat mengkatalisasi oksidasi logam Cr. Oksida yang terbentuk pada permukaan spesimen adalah oksida Cr2O3 dan NiO dan tidak terdeteksi keberadaan spinel dan Cr3C2. Dekarburisasi Cr3C2 terjadi pada setiap spesimen sehingga Cr3C2 kehilangan karbon dan teroksidasi menjadi Cr2O3. Terdapat spalling pada setiap spesimen karena Pilling-Bedworth Ratio (PBR) Cr2O3 adalah 2,07 dan unsur belerang dan Cl2 dapat tersegregasi ke antarmuka logam-oksida sehingga melemahkan ikatan oksida dengan logam.