Pada wilayah tropis yang memiliki kelembaban relatif tinggi sepanjang tahun, kandungan uap air di udara bebas dapat tertangkap oleh fluks elektroda las secara cepat. Busur las yang terkontaminasi oleh hidrogen akibat fluks yang lembab akan meningkatkan risiko cacat pada sambungan las, khususnya retak hidrogen. Dalam penelitian ini, sifat mampu las baja AISI 1035 dipelajari berdasarkan metode Welding Insitute of Canada (WIC) Test dan variasi kadar air terserap dalam fluks elektroda las SMAW Kobe Steel RB26 (AWS A5.1 E6013) di atmosfir yang dikondisikan. Setelah sampel dilas, pada hari ke-3 retakan permukaan diobservasi dengan teknik dye penetrant. Akibat tidak dilakukan preheat, retak solidifikasi terjadi sepanjang 37% dari panjang las meskipun fluks elektroda dalam keadaan kering dengan kadar air terserap 0% dari massa fluks, sementara sampel yang dilas dengan elektroda yang lembab dengan kadar air terserap 7% menghasilkan persen retakan lebih parah sepanjang 48% akibat kombinasi fenomena retak solidifikasi dan retak hidrogen. Preheat pada temperatur 150°C menurunkan risiko cacat yang mana tidak terdapat retakan pada sampel yang dilas dengan elektroda yang mengandung kadar air terserap 0% dan 1,42%, namun retakan masih muncul sepanjang 3% pada sampel yang dilas dengan elektroda yang memiliki kadar air terserap 1,83% akibat adanya kontribusi hidrogen. Sebagai salah satu hasil analisis, preheat pada 150°C dan kadar air terserap maksimum 1,42% dalam fluks direkomendasikan untuk elektroda RB26.