digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Operasi injeksi air telah dilakukan sejak tahun 2003 sampai dengan saat ini pada lapisan Lima yang cukup dangkal, berselang-seling dengan shale (shally sand), dan cukup lunak yaitu pada kedalaman sekitar 550-700 kaki. Karakteristik resevoar yang buruk dan terkompartemen dari lapisan Lima ini menempatkan pekerjaan stimulasi perekahan hidraulik sebagai pilihan utama untuk meningkatkan laju aliran fluida reservoar, di mana hampir seluruh lapisan Lima pada sumur-sumur yang ada telah distimulasi dengan metoda ini. Di sisi lain, proses geologi dalam pembentukan struktur antiklin mengakibatkan lapisan shale/shale break yang tipis di atas lapisan Lima menjadi lemah, bahkan tidak menerus lagi. Rembesan fluida yang muncul di permukaan akibat tingginya tekanan injeksi menjadi masalah baru yang belum pernah terjadi pada lapangan dengan operasi injeksi air. Contoh fluida rembesan merupakan salah satu kunci penting dalam meneliti kasus ini di mana dapat diperkirakan dari mana asal, apa sebab, dan bagaimana menanggulangi serta mengatasi rembesan di masa mendatang. Setelah mengetahui bahwa fluida rembesan adalah air tanpa ada jejak hidrokarbon, maka dapat dipastikan bahwa sumbernya adalah dari operasi injeksi, dalam hal ini sumur injeksi yang beroperasi dengan tekanan pemompaan yang tinggi untuk mendapatkan laju injeksi yang diinginkan. Pada awalnya dugaan ditujukan kepada kualitas semen pengikat casing yang buruk pada sumur-sumur injeksi sehingga memberi jalan bagi air untuk dapat menerobos ke atas menuju zona lapisan di atas lapisan Lima dan merembes ke permukaan. Dugaan selanjutnya adalah adanya pengaruh dari pekerjaan perekahan hidraulik di mana pada proses pemompaan telah menyebabkan rekahan-rekahan halus/ tambahan di reservoar ke segala arah, terutama secara vertikal/ atas. Kombinasi dari rekahan-rekahan, keadaan shale break dan tingginya tekanan injeksi air tersebut memberi jalan kepada air untuk menerobos ke permukaan setelah terlebih dahulu melewati shale break yang lemah dan tidak menerus tersebut. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan contoh fluida serta data yang kemungkinan berhubungan dengan kejadian ini, di antaranya adalah CBL (cement bond log) dari sumur-sumur di sekitar kejadian, sejarah injeksi dari sumur-sumur injeksi, data kerja ulang di lapangan Foxtrot khususnya stimulasi perekahan hidraulik beserta laporan hasil pekerjaan stimulasi (post job report), data komplesi dari sumur-sumur injeksi dan produksi di sekitar kejadian, serta peta seismik. Selanjutnya data tersebut dianalisa bersama-sama dengan para ahli Perminyakan dan Geologi sehingga dihasilkan hipotesa yang paling mendekati kebenaran dan masuk akal. Ternyata, kualitas semen pengikat casing tidak memberikan pengaruh terhadap kejadian ini berdasarkan data yang ada. Sementara itu pekerjaan perekahan hidraulik dan proses injeksi di lapisan Lima serta kondisi geologi yang ada merupakan penyebab terjadinya rembesan ini. Selanjutnya direkomendasikan untuk menghentikan operasi injeksi di lapisan lima, khususnya pada struktur yang tinggi/ antiklin, melakukan penambahan sumur produksi untuk mengurangi spasi sumur yang telah ada, serta melakukan pekerjaan perekahan hidraulik pada sumur-sumur tersebut untuk memperlancar proses produksi fluidanya.