Pemenuhan kebutuhan air bersih di Indonesia perlu mendapatkan prioritas penanganan utama karena menyangkut kelancaran kegiatan sehari-hari bagi semua orang. Untuk daerah perkotaan, sistem penyediaan air bersih dapat dilakukan dengan sistem perpipaan dan non perpipaan. Sistem perpipaan dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan sistem non perpipaan dikelola oleh masyarakat baik secara individu maupun kelompok. Pada penelitian ini digunakan instalasi pengolahan air minum sederhana yang terdiri dari unit preklorinasi menggunakan Ca(OCl)2, aerasi menggunakan multiple tray aerator dengan media kerikil, dan unit filtrasi dengan media pasir dan karbon aktif. Diharapkan dengan adanya unit-unit ini, dapat mereduksi parameter-parameter tertentu. Selanjutnya, tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kinerja instalasi pengolah air sederhana dalam menyisihkan parameter besi, mangan, zat organik, total dissolved solid (TDS), dan kekeruhan. Untuk menguji kualitas air yang dihasilkan, sampel air keluaran instalasi akan diuji laboratorium sesuai dengan parameter tinjauan yang mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI). Penelitian dilakukan dengan variasi penambahan unit, yaitu unit filtrasi, unit filtrasi & aerasi, dan unit filtrasi, aerasi & preklorinasi. Variasi pengoperasian debit pada unit filtrasi sebesar 1 LPM, 3 LPM dan 5 LPM. Sedangkan variasi waktu aerasi 30 menit, 45 menit dan 60 menit. Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa debit yang optimum adalah 3 LPM dan waktu aerasi yang optimum adalah 45 menit. Instalasi sudah memberikan kinerja yang baik, dikarenakan kualitas air keluaran instalasi telah memenuhi standar baku mutu berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.492/2010, namun untuk parameter TDS belum memenuhi standar baku mutu. Dari penelitian ini, didapat hasil bahwa kinerja paling optimum dalam menyisihkan parameter yang diuji terjadi saat konfigurasi unit yang diimplementasikan terdiri dari 3 unit, yaitu unit preklorinasi, unit aerasi dan unit filtrasi. Penyisihan besi paling optimal mencapai 98,7%, penyisihan mangan hingga 83,4% , penyisihan zat organik sebesar 75,2%, penyisihan TDS mencapai 3,56% dan penyisihan kekeruhan sebesar 98,5%.