Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel secara abnormal yang mengarah pada proses invasi ke bagian tubuh lain. Kanker payudara menduduki peringkat kedua kanker yang menyerang wanita. Sel kanker resisten terhadap apoptosis dan menunjukkan perubahan lintasan metabolism untuk produksi energi dari fosforilasi oksidatif di mitokondria menjadi glikolisis di sitosol. Mitokondria memiliki dua peranan penting yaitu menjaga kelangsungan hidup sel melalui produksi energi dan menginisiasi kematian sel melalui perubahan permeabilitas mitokondria sehingga melepaskan molekul pro apoptosis seperti sitokrom c ke dalam sitoplasma. Lepasnya sitokrom c dari mitokondria merupakan salah satu gejala terjadinya apoptosis. Induksi lepasnya sitokrom c sebagai gejala apoptosis banyak disarankan menggunakan senyawa aktif dari bahan alam. Senyawa aktif yang terkandung dalam bahan alam diharapkan memiliki aktivitas anti kanker yang selektif yang hanya membunuh sel kanker saja tanpa membunuh sel normal. Berdasarkan data FAO, Indonesia adalah Negara terbesar ketiga sebagai produsen rumput laut setelah China dan Filipina. Ulva fasciata adalah rumput laut hijau yang telah diketahui memiliki potensi utuk pengembangan obat kanker. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak kasar dan fraksi aktif metanol-air Ulva fasciata dapat menginduksi apoptosis pada sel hati mencit yang telah diisolasi yang ditandai dengan adanya pelepasan sitokrom c dari mitokondria berturut-turut sebesar 5,68 μM atau setara dengan 15,1 % mitosantron 500 μM dan 10,06 μM atau setara dengan 26,7 % mitosantron 500 μM. Fraksi aktif tersebut diduga merupakan campuran senyawa fenolat, glikosida dan terpenoid. Apoptosis dapat terjadi melalui dua jalur yaitu jalur ekstrinsik yang diinisiasi oleh pengikatan reseptor kematian pada permukaan sel dan jalur intrinsik yang diinisiasi oleh adanya perubahan permeabilitas membrane mitokondria dan pelepasan molekul pro-apoptosis seperti sitokrom c ke dalam sitoplasma. Berdasarkan penelitian sebelumnya, Ulva fasciata dapat menginduksi apoptosis pada sel kanker kolon (HCT116).
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari aktivitas sitotoksik dari ekstrak kasar metanol-air dan fraksi aktif Ulva fasciata terhadap sel kanker MCF-7 sehingga nantinya dapat diketahui kemampuannya sebagai agen anti kanker. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan ekstrak kasar dan fraksi aktif Ulva fasciata terhadap pelepasan sitokrom c dari mitokondria sel MCF-7 sebagai salah satu gejala apoptosis. Uji sitotoksik dilakukan dengan metode MTT menggunakan parameter IC50 dan pengukuran konsentrasi sitokrom c yang keluar dari mitokondria ke dalam sitosol dihitung setelah sel diberi perlakuan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Ulva fasciata memiliki kandungan air sebesar 78,78% (b/b sampel basah). Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol p.a : kloroform p.a : buffer fosfat 50 mM pH 7,6. (2:1:0,5 v/v) sehingga menghasilkan ekstrak kasar metanol-air Ulva fasciata (EKMU) sebanyak 0,96% (b/b sampel kering). Fraksinasi dengan kromatografi kolom menghasilkan 10 fraksi yang dikelompokkan berdasarkan kemiripan pola spektrum UV-Vis pada panjang gelombang 200-400 nm yang merupakan serapan dari senyawa fenol dan flavonoid. F4, F6 dan F9, masingmasing memiliki TPC terbesar (288,19; 144,89; 263,89 mg GAE/g sampel kering) dan TFC terbesar (152,78; 107,95; 142,16 mg QE/g sampel kering) tertinggi sehingga digunakan lebih lanjut dalam pengujian aktivitas terhadap sel kanker MCF-7. Berdasarkan data MTT diketahui bahwa IC50 dari F6 (24,33 μg/ml) dan F9 (20,52 μg/ml) memenuhi standar American National Cancer Institute, yang bersifat sitotoksik sedangkan EKMU (33,94 μg/ml) dan F4 (31,37 μg/ml) kurang bersifat sitotoksik. Sel MCF-7 yang diberi perlakuan kontrol positif doksorubisin pada konsentrasi 1 μg/ml dapat melepaskan sitokrom c sebesar 21,465 μM. Sel MCF-7 yang diberi perlakuan EKMU, F6 dan F9 pada IC50 melepaskan sitokrom berturut-turut adalah 1,376 μM atau setara dengan 6,41% doksorubisin 1 μg/ml ; 2,327 μM atau setara dengan 10,84% doksorubisin 1 μg/ml ; 8,127 μM atau setara dengan 37,86% doksorubisin 1 μg/ml. Dapat disimpulkan bahwa F9 dan F6 Ulva fasciata memiliki senyawa yang bersifat sitotoksik dan dapat menginduksi pelepasan sitokrom c dari mitokondria sel MCF-7. Berdasarkan hasil analisis panjang gelombang spektrofotometer UV-Vis diketahui bahwa F9 memiliki puncak serapan pada panjang gelombang 207, 211 dan 273, sedangkan F6 memiliki puncak serapan pada panjang gelombang 207, 224, 261, 286 dan 325 nm yang merupakan puncak-puncak serapan senyawa golongan fenolat dan flavonoid.