digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Produksi gas yang memiliki kandungan gas CO2 yang sangat tinggi memerlukan treatment khusus dengan biaya tidak sedikit. Apalagi jika gas diproduksikan di kondisi offshore yang hanya tersedia sedikit tempat di platform untuk melakukan separasi. Salah satu cara untuk melakukan separasi ini adalah dengan menggeser fasa CO2 dalam diagram fasa dari fasa gas ke fasa likuid. Penggesaran fasa ini memerlukan tekanan dan suhu tertentu yang memenuhi batasan suhu dan tekanan untuk menjadi likuid. Studi ini melakukan simulasi untuk mengetahui batasan tekanan dan suhu yang diperlukan untuk mengubah fasa CO2 menjadi likuid. Studi ini menggunakan slug catcher tipe finger yang dipasang di dasar laut. Slug catcher tipe finger tersusun atas pipa-pipa paralel dengan diameter dan panjang tertentu. Selanjutnya, simulasi dilakukan dengan variasi beberapa variabel yaitu tekanan inlet, temperature ambient, inner diameter pipa, dan jumlah cabang. Batasan kriteria ini selanjutnya digunakan untuk melakukan desain slug catcher agar separasi gas metana dan CO2 dapat terjadi secara optimal. Desain slug catcher yang dihasilkan dari studi ini meliputi nilai inlet tekanan, diameter, dan panjang pipa minimal mulai terbentuknya likuid. Simulasi dilakukan sebanyak 320 macam kombinasi untuk interval nilai inlet tekanan 800 – 1500 psia, interval nilai inner diameter pipa 40 – 50 inch, interval nilai ambient temperature 50 – 80oF, dan interval jumlah cabang 1 - 5 cabang. Berdasarkan simulasi ini, saat inlet rate 200 MMSCFD, suhu inlet 100oF dan overall heat transfer coefficient sebesar 200 BTU/hr/ft2/oF diperoleh ukuran panjang slug catcher paling pendek adalah 72.178 ft, diameter 40 inch, dan syarat tekanan inlet adalah 1000 psia. Selanjutnya, untuk keperluan desain, nilai panjang ini menjadai 217 ft untuk memastikan bahwa CO2 likuid yang terbentuk sejak jarak 72.178 ft dapat dikumpukan dan menuju likuid flowline untuk treatment ataupun pemanfaatan selanjutnya.