digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Hydrogen Induced Cracking (HIC) merupakan salah satu masalah yang kerap terjadi pada jalur pipa minyak dan gas saat terpapar pada lingkungan hidrogen sulfida (H2S) aqeous (sour service).[1] Hingga saat ini telah banyak penelitian dilakukan untuk mempelajari fenomena HIC pada berbagai jenis paduan. Namun, masih terlalu sedikit referensi yang membahas mengenai pengaruh deformasi plastis terhadap pola retak HIC. Penelitian mengenai pengaruh regangan plastis pada baja terhadap ketahanan HIC penting dilakukan karena pada proses pemipaan pelat baja banyak mengalami deformasi plastis. Penelitian dilakukan untuk menganalisa korelasi antara regangan plastis yang dialami paduan X52 dan X60 terhadap perubahan sifat mekanis, struktur mikro, dan perilaku peretakan oleh HIC. Pengujian dilakukan dengan mengacu kepada standar NACE TM0284-2003. Variabel yang menjadi peubah pada penelitian ini adalah persen regangan. Pengujian dilakukan terhadap dua tipe baja paduan yaitu X52 dan X60. Spesimen diambil dari pelat HRC yang kemudian diberi regangan tertentu. Spesimen yang telah diregangkan lalu diuji perubahan sifat mekanisnya sebelum dipreparasi untuk pengujian HIC. Dimensi spesimen uji, larutan uji, dan langkah pengujian sepenuhnya mengikuti standar NACE TM0284-2003. Durasi pemaparan spesimen terhadap larutan uji diperpanjang menjadi 168 jam untuk memudahkan pengamatan karena retak semakin banyak terbentuk. Setelah pengujian HIC, kehadiran laminasitidak kontinu diperiksa menggunakan UT. Spesimen kemudian diperiksa secara metalografi agar retak dapat dikuantifikasi CSR, CLR, dan CTRnya. Pengujian menggunakan SEM juga dilakukan untuk menganalisa modus retakan oleh hidrogen. Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan penerapan regangan plastis pada baja paduan X52 dan X60 memberikan dampak penguatan terhadap keduanya. Namun penguatan dan peningkatan nilai kekerasan memiliki pengaruh yang kurang baik terhadap ketahanan material terhadap HIC. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai CLR paduan X52 mencapai 30,73% dan X60 mencapai 43,3% pada regangan 12%. Dari hasil pemeriksaan metalografi ditemukan lebih banyak retakan SWC (step wise cracking) pada baja paduan X60 dibandingkan X52 karena X60 memiliki lebih banyak inklusi nonmetalik. Inklusi non-metalik, dalam hal ini MnS, memiliki afinitas yang tinggi terhadap hidrogen sehingga meningkatkan kerentanan baja. Jika dilihat dari hasil SEM dapat disimpulkan retakan akibat hidrogen merupakan retak getas jenis transgranular.