digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penentuan biaya perencanaan pemboran sebagai salah satu proses Authorization for Expenditure (AFE), baik pemboran eksplorasi dan pengembangan merupakan salah satu persyaratan yang harus diselesaikan secara rinci oleh pihak KKKS untuk kemudian disetujui oleh pemerintah. Namun demikian, berdasarkan 159 data AFE pemboran sumur di lapangan Indonesia yang telah dikumpulkan, sebesar 66% proyek pemboran memiliki biaya aktual lebih besar dari biaya AFE perencaaan pemboran yang telah disetujui oleh pemerintah. Dari keseluruhan biaya pemboran yang menyusun total biaya pemboran, meliputi: biaya tangible, biaya persiapan lokasi, mobilisasi, rig up rig down, biaya drilling operation, biaya evaluasi formasi, biaya komplesi, dan biaya general, kategori biaya drilling operation merupakan biaya yang memiliki persentase kontribusi paling tinggi sebesar 33% terhadap total keseluruhan biaya pemboran dan memiliki nilai rata-rata persentase kenaikan biaya paling tinggi yaitu sebesar 26.9%. Simulasi Monte Carlo yang dikombinasikan dengan Root Cause Analysis (RCA) digunakan dalam penelitian ini sebagai langkah manajemen risiko dalam mengestimasi kenaikan AFE pemboran, risiko yang terjadi, dan penyebab kenaikan biaya secara detail. Dengan melakukan kalkulasi dan identifikasi risiko, risiko dapat dikurangi dengan mencegah penyebab risiko terjadi. Masalah operasi pemboran yang teridentifikasi memiliki frekuensi terjadi paling tinggi yaitu: kerusakan peralatan (25%), pipa terjepit (22%), dan well control (19%). Masalah yang menyebabkan kenaikan biaya paling tinggi adalah kasus pipa terjepit (pipe stuck) dengan nilai rata-rata USD 753,646.98, kerusakan peralatan USD 714,561.58 dan well control problem USD 696,924.09. Nilai kenaikan biaya P10, P50, P90 hasil simulasi termasuk risiko adalah USD 240,000 (P10), USD 740,000 (P50) dan USD 2,370,000 (P90). Angka ini bisa dijadikan acuan berapa besar (%) kenaikan biaya yang akan terjadi apabila terjadi masalah sebelum operasi pemboran dilakukan. Metode baru dalam manajemen risiko yang diaplikasikan dapat efektif mengurangi 75% risiko pada stuck pipe, 16.66% risiko well control problem, 56.25% risiko kerusakan peralatan, 22.22% risiko penyemenan, 83.33% risiko perforasi, 60% risiko logging, dan 44.44% rig moving, up dan down. Metode manajemen risiko baru ini dapat efektif mengurangi risiko masalah dan fleksibel digunakan pada data lapangan lain yang memiliki masalah bervariasi dengan tingkat akurasi lebih dari 86%.