digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Indramayu terletak di Jawa Barat bagian utara yang memiliki potensi energi matahari yang baik dengan nilai insolasi sekitar 550 W/m2 sehingga bisa dijadikan daerah percontohan yang memanfaatkan energi matahari dalam keseharian. Nilai insolasi dihitung menggunakan pendekatan Neraca Energi. Insolasi dipengaruhi oleh variabel-variabel langsung seperti Outgoing Longwave Radiation (OLR), perawanan, dan curah hujan, serta variabel tidak langsung sepert periodisitas El Nino Southern Oscillation (ENSO) dan posisi bulan terhadap bumi. Mesin stirling bisa memanfaatkan panas dari radiasi matahari untuk menghasilkan gerak mekanik dengan perbedaan temperatur cut-in sebesar 100oC. Temperatur yang masuk ke permukaan tabung panas mesin didapat dari perhitungan insolasi di Indramayu. Pada penelitian ini ditemukan bahwa temperatur yang dihasilkan dari insolasi saja tidak bisa menggerakkan mesin stirling. Maka dibutuhkan sebuah desain khusus yang dapat meningkatkan intensitas radiasi yang masuk ke mesin dan menggerakkan mesin bahkan ketika tidak ada sumber panas utama mesin stirling, dalam hal ini radiasi matahari. Pada penelitian ini didapatkan lensa fresnel dengan efisiensi optik 50,6% dan rasio konsentrasi gemometri 62,64 kali, dapat melipatgandakan intensitas radiasi yang masuk (insolasi) sebesar 31,32 kali lipat. Penggunaan sistem penyimpanan energi secara kimia menggunakan butiran zeolit dan reaksi kimia antara magnesium sulfat (MgSO4) dan air (H2O) dapat menambah waktu kerja mesin stirling bahkan ketika tidak ada sumber panas dari matahari.