Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) merupakan konsep pengembangan wilayah yang penting dan butuh berlanjut. Keberlanjutan tidak hanya dari segi ekonomi namun juga dari lingkungan yang tidak lain adalah faktor produksi industri bagi industri. Pencapaian keberlanjutan tersebut akan dapat terwujud jika lingkungan ikut diperhitungkan dalam PEL. Sebagai aktor sentral dalam pengembangan PEL, pelaku ekonomi pun harus menyadari akan hal ini. Oleh karena itu, untuk dapat mempertimbangkan lingkungan pelaku ekonomi harus memiliki pengetahuan tentang lingkungan. Pengetahuan pelaku ekonomi secara tidak langsung penting untuk mendukung keberlanjutan PEL.
Sukaregang sebagai sentra industri penyamakan kulit saat ini telah berkembang hingga merambah pasar luar negeri. Perkembangan industri ini dari sisi ekonomi memang sangat menjanjikan. Akan tetapi, di pihak lain kegiatan ini menyisakan persoalan perusakan lingkungan. Kadar chrome yang adalah bahan utama penyamakan kulit dalam tanah pertanian di wilayah hilir Sukaregang telah mencapai kadar 200-1040 ppm (HPG). Kondisi ini telah menjadi konflik sosial diantara masyarakat yang akhirnya dapat mengancam keberadaan dan keberlanjutan industri tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi manfaat pengetahuan pelaku ekonomi untuk membentuk perilaku pengelolaan lingkungan dalam mendukung keberlanjutan PEL.
Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi pengetahuan lingkungan pelaku ekonomi serta sumber pengetahuan yang mempengaruhinya. Penerapan dari pengetahuan ini juga akan lihat dengan mengidentifikasi perilaku pengelolaan lingkungan yang dilakukan pelaku ekonomi. Hasil dari kedua identifikasi ini lalu akan dibandingkan untuk melihat keefektifan dari penerapan pengetahuan. Keefektifan tersebut akan diuji dengan menggunakan teknik
analisis korelasi Gamma Partial. Agar manfaat pengetahuan lingkungan dapat dilihat lebih jelas maka penelitian ini juga mencoba untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya. Beberapa faktor yang diduga adalah faktor internal pengusaha, factor skala usaha, dan faktor eksternal. Faktor-faktor ini lalu dianalisis dengan menggunakan teknik Chi-Square dan PRE untuk menguji dan melihat kekuatan pengaruh yang diberikan.
Hasil analisis dari penelitian ini akhirnya menemukan beberapa hal penting. Temuanpertama adalah tentang pengetahuan pelaku ekonomi. Pelaku ekonomi ternyata dalam kasus ini memiliki pengetahuan pada tingkat relatif rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelaku ekonomi tidak memiliki pengenalan yang baik terhadap lingkungannya. Temuan kedua, pelaku ekonomi memiliki perilaku pengelolaan lingkungan yang buruk. Perilaku buruk ditunjukkan dengan rendahnya pemilihan lokasi dan teknologi yang ramah lingkungan dan diikuti dengan rendahnya perilaku pengelolaan dampak. Kedua temuan ini setelah diuji ternyata terbukti memiliki keterkaitan meskipun masih terdapat pelaku ekonomi yang berpengetahuan namun tidak menerapkannya dalam mengelola lingkungan. Keefektifan penerapan pengetahuan ini lebih dipengaruhi oleh tanggung jawab individu pelaku ekonomi yang abai terhadap lingkungan dan bukan karena faktor internal, skala usaha, maupun factor eksternal. Berdasarkan pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan lingkungan untuk kasus ini belum bermanfaat banyak untuk mendorong keberlanjutan PEL.