Pada setiap bisnis, tidak terkecuali bisnis minyak dan gas bumi, persaingan bisnis global telah menimbulkan konsekuensi tuntutan keunggulan dalam cara‐cara pengelolaan bisnis. Meskipun teknologi produksi pada industri minyak dan gas tidak banyak mengalami perubahan, namun begitu cara‐cara pengelolaan operasi dituntut untuk selalu berubah seiring dengan tekanan persaingan global ataupun keinginan untuk menjadi yang terunggul pada industri minyak dan gas numi sesuai dengan Visi, Nilai, serta Strategi yang dianut Perusahaan. Departemen Production Management Team (PMT) dituntut untuk bisa memenuhi cita‐cita Strategi Keunggulan Operasi yang dinyatakan sebagai: 1. Keselamatan Operasi, yaitu mengoperasikan dan memelihara fasilitas dengan benar agar tidak menyebabkan terjadinya cedera, sakit atau kecelakaan akibat kerja. 2. Kehandalan Operasi, yaitu mengoperasikan dan memelihara fasilitas untuk mempertahankan kesatuan struktur dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja. 3. Efisiensi Operasi, yaitu memaksimalkan efisiensi operasi dan melindungi sumberdaya
alam. Keberhasilan dalam mengelola operasi produksi secara selamat, handal, efisien, serta bertanggung jawab terhadap lingkungan akan menjadi fondasi yang kuat untuk mencapai keberhasilan finansial dalam industri minyak dan gas bumi. Kemampuan organisasi atau Organizational Capability dari departemen PMT dalam mencapai sasaran Keunggulan Operasi akan menjadi tema bahasan Proyek Akhir ini. Dari hasil analisis didapatkan bahwasa pencapaian sasaran ini masih mengalami beberapa kesenjangan seperti terlihat dari hasil penilaian Fundamental Safe Work Practices (FSWP); Surface Equipment Reliability Improvement Program (SERIP) serta Well Pad Assessment yang masih rendah. Dengan menggunakan metode Theory of Constraint (TOC) didapat akan permasalahan dari kesenjangan yang terjadi antara lain adanya pergeseran peran Operator, pekerjaan Operator yang tidak lagi sesuai dengan Key Job Responsibility (KJR), serta anggapan peran sentral yang berlebihan dari fungsi Operator. Masih dengan menggunakan metode TOC, akar permasalahan ini diselesaikan dengan strategic injection yang berupa: peninjauan ulang KJR; peningkatan kompetensi Operator; pelatihan dasar‐dasar pemeliharaan peralatan; outsourcing pekerjaan yang nonessential; serta prioritasi aktivitas Operator. Strategic injection ini kemudian diformulasikan dalam Operation Strategy Matrix untuk memastikan keterkaitan antara strategic decision yang diambil dengan sasaran yang telah ditetapkan. Terakhir, strategic decision diimplementasikan melalui Change Management dengan menggunakan Star Model beserta Nadler 12‐Steps dalam konsep Management System Process yang diharapakan akan mampu memperbaiki kesenjangan yang terjadi yang berarti meningkatkan organizational capability dari departemnen PMT untuk mencapai kinerja Operasi Kelas Dunia yang dicita‐citakan.