Garansi merupakan suatu kesepakatan kontraktual yang mengharuskan produsen melakukan perbaikan (rectification) terhadap produk yang mengalami kegagalan dalam periode garansi. Dengan
demikian, menjual produk dengan garansi berarti tambahan ongkos bagi produsen. Ongkos garansi merupakan salah satu komponen dari harga
jual produk. Apabila estimasi ongkos garansi ini terlalu tinggi, maka harga jual menjadi tinggi sehingga harga menjadi tidak kompetitif.
Sebaliknya, jika estimasi ongkos garansi lebih rendah dari aktualnya, maka dapat mengurangi keuntungan karena harus menanggung beban
klaim yang besar. Oleh karena itu, penting bagi produsen untuk mendapatkan estimasi ongkos garansi secara akurat Pada tesis ini, dilakukan estimasi ongkos garansi untuk sepeda motor
yang diproduksi oleh PT X. Kebijakan garansi yang diterapkan adalah kebijakan garansi dua dimensi, yaitu satu dimensi menjelaskan umur dan
yang lainnya pemakaian (km). Disamping itu, pada penelitian ini juga dilakukan prediksi terhadap jumlah klaim dan ini dibutuhkan untuk
membantu perusahaan dalam penganggaran biaya untuk melayani klaim garansi. Langkah penting untuk memodelkan ongkos garansi adalah
pemodelan kerusakan sistem. Terdapat dua pendekatan dalam memodelkan kerusakan, yaitu pendekatan dua dimensi, di mana kerusakan dipandang sebagai titik kejadian pada bidang dua dimensi, yang memiliki tingkat kerumitan yang tinggi. Sebagai alternatif digunakan pendekatan satu dimensi dimana pemakaian dimodelkan
sebagai fungsi dari waktu. Pada penelitian ini kerusakan sepeda motor dipandang sebagai kesatuan sistem yang keandalannya dimodelkan
dengan pendekatan satu dimensi. Estimasi model keandalan pada penelitian ini, mempertimbangkan
data klaim dan data follow-up. Dengan demikian, model keandalan menjadi lebih representatif dibandingkan jika hanya mengunakan data
klaim. Estimasi parameter model keandalan ini, selanjutnya dipergunakan dalam estimasi ongkos garansi dan prediksi jumlah klaim. Pada kasus ini, analisis dilakukan pada sepeda motor yang terjual pada tahun 2001 dan mengajukan klaim pada tahun yang sama, untuk daerah pemasaran Bandung dan sekitarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi model kegagalan dan
distribusi ongkos garansi mempunyai kemiringan yang positif, sehingga nilai median menjadi lebih representatif dibandingkan nilai ukuran
lainnya. Hasil perhitungan dengan memakai pendekatan sensor II dan nilai median memberikan estimasi ongkos garansi yang representatif
dibandingkan pendekatan yang lain. Demikian juga dengan prediksi jumlah klaim, pengunaan pendekatan sensor II lebih sesuai sebagai
pertimbangan penyusunan anggaran.