digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tugas akhir ini mengambil kasus Pusat Seni Visual. Kasus ini bersifat fiktif dengan lokasi yang terletak di perempatan Jl.Aceh dan Jl. Wastu Kencana, Bandung. Perancangan kasus terkait dengan konteks urban yang sangat kuat,terletak pada kawasan yang cukup padat dan ramai, sangat dekat dengan berbagai macam fasilitas, baik itu fasilitas komersil, pendidikan, dan pemerintahan Visual art, merupakan seni yang sangat berkaitan dengan kehidupan seharihari, terutama dalam konteks urban, baik dalam pola perilaku, bentuk, dan asosiasi lainnya. Urban-art dan street-art merupakan manifestasi fisik bentuk seni visual dalam kehidupan urban. Bandung yang merupakan kota kreatif juga tak lepas dari jamahan berbagai bidang seni, khususnya seni visual yang semakin hari semakin diminati. Banyaknya komunitas seni di Bandung, baik berupa institusi maupun yang berbasis komunitas dan komersil, menjadikan Bandung kota yang cocok untuk pengembangannya Pusat Seni Visual Bandung merupakan sebuah meeting point bagi para pelaku seni, khususnya Bandung. Bangunan yang terletak di pusat kota ini diharapkan mampu meningkatkan apresiasi masayarakat terhadap seni. Merupakan kompleks bangunan yang memiliki fungsi sebagai pusat informasi, edukasi dan promosi dengan tujuan untuk mendorong berbagai kegiatan seni dengan menyediakan berbagai fasilitas terkait dengan kegiatan seni visual, seperti memamerkan karya seni, workshop/studio perpustakaan/literatur, screening film indie dan kegiatan lainnya. Untuk dapat berfungsi dengan baik, perancangan dipengaruhi dari pertimbangan terhadap kebutuhan ruang pamer dan pencahayaan yang baik pada pada area pamer tersebut. Selain itu, terdapat pertimbangan terhadap konteks lingkungan, yaitu mengenai letak site pada kawasan. Bangunan dirancang memperhatikan kepentingan lingkungan sekitar secara keseluruhan. Hal ini terlihat dengan adanya jalur pedestrian yang cukup lebar yang mengelilingi lahan perancangan. Plaza sebagai jalan menuju pintu masuk bagi pedestrian ke dalam bangunan dibuat se-adaptif mungkin, dengan menenpatkan sculpture dan temapt duduk sebagai elemen urban, juga pepohonan untuk mereduksi panas dan kebisingan Untuk fasade bangunan, memakai konsep ”pattern” yang diaplikasikan sebagai cladding pada bukaan bangunan. Pola yang digunakan pada cladding dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan efek tiga dimensi yang atraktif, yangmengindikasikannya sebgai sebuah bangunan publik yang bertemakan visual.