Bandung memiliki perguruan tinggi, lembaga penelitian, industri strategis, perusahaan teknologi, dan lembaga pemerintahan yang dapat menyebabkan terbentuknya sebuah kawasan industri Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) seperti di Silicon Valley. Pada tahun 1996, Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI melanjutkan inisiatif beberapa akademisi ITB dengan mencanangkan program Bandung High Tech Valley, sebagai usaha membangun kawasan industri TIK yang mirip dengan pembangunan di Silicon Valley. Program ini terhenti karena krisis ekonomi 1997 dan dilanjutkan kembali di tahun 1999. Namun program ini sulit untuk dilanjutkan karena berbagai kesulitan seperti kurangnya pendanaan, teknologi, inovasi, sumber daya manusia, dan lain-lainnya. BHTV sendiri adalah komunitas perusahaan TIK yang berbentuk yayasan.
Pembangunan kawasan Silicon Valley digerakkan oleh apa yang disebut dengan pembentukan modal sosial. Modal sosial adalah hubungan yang tertanam dalam interaksi sosial yang menyebabkan berkembangnya perekonomian sebuah wilayah. Modal sosial di Silicon Valley terbentuk dari jejaring kerjasama yang inovatif antara perguruan tinggi, lembaga penelitian, perusahaan teknologi, perusahaan modal ventura, firma hukum, pemerintah AS, tokoh, serta karyawan perusahaan yang turut serta menentukan arah perkembangan perusahaan.
Berdasarkan benchmark pembentukan modal sosial Silicon Valley, pembentukan modal sosial BHTV tidak terjadi karena tidak terbentuk jejaring antara Yayasan BHTV dengan perusahaan teknologi, ITB, perusahaan modal ventura, dan pemerintah dalam sebuah kerjasama yang bernilai ekonomis dan berkontribusi pada perkembangan ekonomi wilayah. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah pembentukan modal sosial berupa jejaring kerjasama antara perusahaan teknologi, perusahaan modal ventura, pemerintah, dan ITB yang menjadikan BHTV sebagai salah satu programnya.