digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pemanfaatan unsur tanah jarang sebagai bahan baku material maju terus berkembang. Seiring dengan terus berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, permintaan unsur tanah jarang bertambah dari tahun ke tahun. China masih memegang suplai unsur tanah jarang terbesar, dan masih banyak negara yang tergantung padanya. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai potensi unsur tanah jarang, di Indonesia unsur tanah jarang terdapat dalam monasit, yaitu mineral lantanida thorium fosfat (Ln, Th)PO4 yang merupakan mineral ikutan pada pengolahan logam timah. Apabila potensi ini dapat kita olah, maka tidak mustahil dapat menjadi sumber cadangan mineral yang ekonomis. Pemisahan unsur tanah jarang sampai saat ini masih merupakan pemisahan yang cukup sulit, karena sifat kimia dan sifat fisika dari unsur-unsur golongan lantanida ini mempunya kemiripan satu dan yang lainnya. Sudah banyak metode pemisahan yang dilakukan untuk memisahkan unsur tanah jarang, diantaranya adalah ekstraksi pelarut dan resin penukar ion. Namun kedua metode ini masih memiliki kekurangan diantaranya memerlukan banyak pelarut dan selektifitasnya yang masih kurang. Salah satu metode alternatif untuk memecahkan masalah tersebut adalah teknik pemisahan melalui membran cair berpendukung, teknik ini dikembangkan dari ekstraksi pelarut yaitu dengan mengamobilkan zat pengekstraksi (carrier) pada suatu membran polimer berongga. Pemilihan senyawa pengemban (carrier) merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan ekstraksi dan pemisahan dengan menggunakan teknik SLM. Senyawa pengemban akan memiliki selektifitas yang tinggi apabila hanya spesifik memisahkan satu spesi. Penelitian ini bertujuan untuk memisahkan serium (IV) dari mineral monasit Bangka melalui teknik membran cair berpendukung tubular membran (TSLM) menggunakan carrier TOA. Tahapan proses pemisahan ini adalah destruksi mineral monasit menggunakan basa KOH, pengendapan uranium dan thorium, oksidasi Ce(III) menjadi Ce(IV) dengan menggunakan KMnO4, dan pemisahan menggunakan membran cair berpendukung dengan tubular membran. Pemilihan larutan TOA sebagai larutan pengemban karena sifatnya yang lebih selektif untuk memisahkan Ce(IV) dari unsur tanah jarang yang lain. Fasa umpan yang digunakan merupakan larutan campuran unsur tanah jarang yang dilarutkan dalam asam sulfat berlebih, sedangkan fasa penerima yang digunakan adalah larutan natrium karbonat. Untuk memperoleh hasil pemisahan yang optimal, dilakukan variasi terhadap konsentrasi fasa umpan, fasa pengemban, fasa penerima, dan konsentrasi analit dalam fasa umpan. Dari penelitian ini didapatkan kondisi terbaik pemisahan serium (IV) adalah pada konsentrasi asam sulfat fasa umpan 0,2 M, konsentrasi larutan pengemban TOA 4%, konsentrasi natrium karbonat sebagai fasa penerima 0,6 M, dan dengan semakin kecilnya konsentrasi analit dalam fasa umpan transpor yang dihasilkan semakin baik. Dengan metode ini didapatkan persen ekstraksi sebanyak 90%, untuk larutan serium (IV) murni 100 ppm. Hasil pemisahan selanjutnya diendapkan pada pH 11 untuk mendapatkan senyawa hidroksidanya, kemudian ditambahkan dengan asam oksalat pada pH 5,5 utuk membentuk senyawa oksalat, dan terakhir senyawa oksalat ini dikalsinasi pada 400oC sehingga didapatkan serium dalam bentuk serium oksida. Untuk menunjukan efektivitas transpor serium dalam pemisahan ini, maka dilakukan analisis terhadap senyawa oksida yang dihasilkan menggunakan XRF. Dari hasil analisis komposisi unsur tanah jarang menggunakan XRF, diketahui bahwa serium (IV) dapat ditranspor dengan baik melalui teknik TSLM ini. Agar efektivitas transpor TSLM dalam memisahkan serium (IV) dari UTJ lebih baik, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut antara lain dengan mempelajari pengaruh parameter-parameter pengukuran terhadap permeabilitas transport dan penggunaan campuran pengemban TOA dengan pengemban-pengemban yang lain sehingga diharapkan dapat dihasilkan efek sinergis.