digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Mekanisme peningkatan penetrasi akibat penerapan active flux pada proses pengelasan Tungsten Inert Gas (A-TIG) telah lama diketahui sejak dipublikasikan pertama kali oleh Paton Welding Institute (PWI) Ukraina1/. Sebenarnya aplikasi fluks pada pengelasan TIG (active flux) belum banyak dikenal dalam praktek seperti halnya penggunaan fluks pada SMAW dan SAW. Pada kedua jenis pengelasan tersebut, fluks berfungsi sebagai gas pelindung logam cair, pemantab busur dan penambah unsur paduan2/. Pada pengelasan TIG, penerapan fluks bertujuan untuk meningkatkan penetrasi sehingga dapat meningkatkan produktifitas. Penetrasi yang lebih dalam akan mereduksi jumlah lapisan (layer) pada pengelasan pelat tebal sehingga mengurangi efek cast to cast pada pengelasan multy layer. Pada penelitian ini, ada 5 jenis serbuk oksida yang digunakan yaitu Al2O3, Fe2O3, TiO2, ZnO, dan C2O3. Sebagai pembanding dilakukan juga proses pengelasan SMAW dengan jenis elektroda AWS A5.4 E308-16 JIS Z 3221 D308-16 dengan parameter pengelasan yang tetap. Logam induk yang digunakan adalah jenis baja tahan karat AISI 316L. Hasil dari percobaan menunjukkan adanya peningkatan penetrasi 200 sampai 300 persen dibandingkan penetrasi dengan proses Convensional TIG (C-TIG) dan proses SMAW. Pengelasan A-TIG juga menunjukkan penurunan weld bead-width to depth ratio (W/L) dan kecenderungan menurunnya distorsi pada sambungan. Dari hasil pengujian kekerasan, terlihat adanya peningkatan kekerasan pada logam las. Peningkatan kekerasan yang paling siknifikan terjadi pada pengelasan A-TIG dengan fluks ZnO. Selain peningkatan kekerasan terjadi juga peningkatan jumlah o-ferit pada logam las di seluruh proses pengelasan. Peningkatan fraksi volume o-ferit paling siknifikan terjadi pada proses pengelasan SMAW.