digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Desain pipa bawah laut harus mengacu pada kondisi pembebanan akibat gaya hidrostatik dan hidrodinamik. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan perhitungan tebal pipa dan analisis kestabilan pipa bawah laut secara tepat. Nilai ketebalan dinding pipa tertentu dibutuhkan untuk menahan beban akibat kondisi tekanan operasi aliran slurry dan gaya hidrostatik eksternal yang muncul akibat perbedaan kedalaman laut. Adapun gaya hidrodinamik akibat gelombang dan arus laut menimbulkan suatu kebutuhan tambahan, yaitu analisis kestabilan pipa di dasar laut. Pada tugas sarjana ini telah dilakukan perancangan pipa slurry sesuai ASME B31.11, API 15LE, dan DNV RP-E305. Pipa yang dirancang adalah sistem pipa pertambangan Batu Hijau, HDPE 48”, sepanjang 3 km dari titik transisi pipa baja-HDPE sampai dengan ujung pembuangan yang terletak pada kedalaman 125 m di bawah permukaan laut. Perancangan dilakukan dengan menganalisis beban internal pada berbagai kondisi operasi, beban eksternal akibat tekanan hidrostatik, serta analisis kestabilan bawah laut. Analisis kestabilan tersebut melibatkan gaya hidrodinamik pipa akibat adanya gaya angkat, gaya seret, dan gaya inersia. Teori Gelombang Linear Airy dipakai sebagai basis permodelan kinematika partikel air akibat adanya gelombang dan arus bawah laut. Hasil analisis data menunjukkan bahwa rasio dimensi, DR, yang dibutuhkan adalah sebesar 7.3 (tebal pipa = 167 mm) untuk diameter nominal luar pipa sebesar 48 in (1220 mm). Analisis on-bottom stability dilakukan pada tiga titik kedalaman berbeda, dimana berat minimum ballast yang didapatkan ialah 8464.37 kg, 5924.81 kg, dan 5073.49 kg untuk kedalaman dan kondisi laut di titik 2 (9.98 m), titik 6 (40.29 m), dan titik 11 (129.14 m); berturut-turut.