Kemajuan teknologi pipa lepas pantai tidak terlepas dari meningkatnya kebutuhan dunia akan energi dari minyak dan gas. Biaya produksi yang sangat mahal beserta resiko yang tinggi menuntut adanya pengembangan dan pemeliharaan pipa lepas pantai secara lebih efektif. Dalam pengoperasian offshore pipeline, kondisi lingkungan yang tidak menentu dan korosi menjadi penyebab utama pipeline terdegradasi. Penggunaan pipeline risk assessment dan remaining strength analysis diperlukan dalam mengkaji integritas suatu pipeline dengan tujuan mengevaluasi ancaman dan mengidentifikasi cara yang efektif untuk mengatasi resiko tersebut.
Pada tesis ini dilakukan kajian resiko semi kuantitatif pipa lepas pantai berdasarkan metode indeks yang dikembangkan oleh Muhlbauer. Untuk mempermudah analisis dikembangkan program bantu perhitungan dengan metode tersebut. Sebagai studi kasus, dilakukan analisis resiko 2 pipeline yang terdapat di instalasi Pipa Lepas Pantai Bagian Utara Jawa Barat. Segmentasi setiap pipeline dilakukan berdasarkan perubahan kondisi pipeline, yaitu berdasarkan data desain, operasi, lingkungan, anomali dan pipeline yang terdegradasi. Setelah itu juga dilakukan perhitungan kekuatan sisa pipa pada lokasi yang dianggap kritis berdasarkan Recommended Practice DNV-RP-F101 Corroded Pipelines.
Hasil yang didapat untuk pipeline MMF-NGLJ MOL adalah 104 segment termasuk dalam medium risk dan 3 segment termasuk dalam medium-high risk. Sedangkan analisis kekuatan sisa menunjukkan pada 10 titik pipeline sudah dianggap tidak aman dan harus diperbaiki secepatnya. Untuk hasil pipeline PCP-MK MGL adalah 50 segmen termasuk dalam medium risk dan 3 segmen termasuk dalam medium-high risk. Sedangkan analisis kekuatan sisa menunjukkan pada 10 titik pipeline dinilai aman, akan tetapi setelah 9 tahun laju korosi dinilai akan menjadi ancaman kebocoran pada pipeline.