digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Angka produksi listrik nasional pada tahun 2008 turun sebesar 4,9 % dari tahun sebelumnya. Penurunan ini menyebabkan angka produksi listrik tidak mampu memenuhi kebutuhan listrik nasional. Kebutuhan listrik mengalami peningkatan menjadi 7464 GWh pada tahun yang sama. Kondisi tersebut menuntut pengembangan unit-unit pembangkitan listrik dengan teknologi handal dan efisien sebagai pusat penghasil listrik. Sistem Combined Heat Power (CHP) merupakan salah satu solusi alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut. Sistem CHP adalah suatu sistem pembangkitan dua bentuk energi yaitu listrik dan panas secara simultan dari satu sumber energi utama bahan bakar. Sistem ini berbeda dengan sistem pembangkitan konvensional karena panas yang terbuang ke lingkungan dimanfaatkan lagi untuk pembangkitan daya selanjutnya. Kinerja sistem CHP ini dapat ditingkatkan lagi jika ada penambahan sistem pendinginan udara masukan kompresor pada sistem tersebut. Karena kompresor bekerja sesuai dengan laju volumetrik spesifikasinya, temperatur udara yang tinggi menyebabkan laju aliran massa udara turun. Untuk itu temperatur udara masuk kompresor perlu didinginkan sehingga laju aliran massa udara menjadi lebih besar dan akhirnya dapat menambah kerja dan efisiensi sistem CHP secara keseluruhan. Evaluasi termodinamika dilakukan dengan bantuan perangkat lunak yang telah dibuat. Ditinjau dari aspek ekonomi pemodelan sistem CHP dengan tambahan sistem pendingin tersebut mampu menghasilkan keuntungan yang cukup besar. Pendinginan udara dari temperatur lingkungan 32 oC menjadi kondisi ISO pada 15 oC dan RH 60% diperoleh persentase peningkatan daya sekitar 7,8% atau peningkatan daya netto dari 149,731 MW menjadi 161,552 MW, peningkatan efisiensi sistem 1,25%, serta perkiraan perolehan laba bersih mencapai Rp. 18,4 Milyar/tahun.