KAJI EKSPERIMENTAL SAMBUNGAN ADHESIF LAPIS TUNGGAL DAN GANDA AKIBAT PEMBEBANAN TARIK (I Wayan Suweca, Hernansjah, Soni Taufani)hal.65-70Tulisan ini menyajikan satu kaji ekperimental sambungan adhesif lapis tunggal dan lapis ganda. Bahan adhesif yang digunakan adalah jenis Metalloam® grade III yang merupakan produksi nasional. Parameter yang dikaji adalah pengaruh waktu curing (curing time) terhadap kekuatan geser sambungan pada lapisan ikat adhesif. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kekuatan geser sambungan semakin besar seiring dengan bertambahnya waktu curing. Kekuatan geser maksimum dicapai setelah waktu curing mencapai 96 jam.
KAJI NUMERIK PENGARUH CACAT RETAK MELINTANG PADA POROS TERHADAP PERILAKU DINAMIK SISTEM POROS ROTOR (Bagus Budiwantoro, Ojo Kurdi, dan Kurnia Nugraha)hal. 71-80Seperti telah diketahui bahwa kekakuan poros yang mengalami retak akan berubah sesuai dengan posisi retak. Persoalan yang dihadapi adalah bagaimana membuat persamaan gerak umum, yang berlaku bagi setiap posisi retak poros sehingga respon frekuensi yang dihasilkan dari model menggambarkan respon frekuensi sebenarnya dari poros retak. Langkah pertama yang dilakukan adalah memodelkan sistem poros retak dengan memakai momen inersia poros retak pada berbagai posisi retak. Langkah kedua adalah mencari respon frekuensi dari posisi retak yang signifikan. Langkah ketiga adalah mencari momen inersia poros retak ekuivalen yang dianggap mewakili keadaan poros retak. Selanjutnya, dengan menggunakan momen inersia ekuivalen akan didapat persamaan gerak yang mewakili keadaan poros retak. Persamaan yang diperoleh dengan metode Rayleight-Ritz tersebut diselesaikan sehingga diperoleh Diagram Campbell dan respon gaya eksitasi akibat massa tak seimbang dan gaya asinkron. Perilaku dinamik sistem poros rotor disajikan untuk tiga posisi retak, yaitu posisi retak 0o,900dan posisi rata-rata. Posisi retak 0omerupakan posisi yang memberikan perubahan paling signifikan terhadap perubahan perilaku dinamik sistem poros rotor, posisi rata-rata merupakan posisi yang menghasilkan momen inersia ekuivalen yang dianggap mewakili keadaan poros retak, sedangkan posisi retak 90o merupakan posisi yang menghasilkan perubahan terkecil.
EFFECT OF RUBBER PARTICLE SIZE DISTRIBUTION ON FRACTURE TOUGHNESS OF RUBBER-MODIFIED POLYMER ALLOYS (Husaini)hal. 81-87This paper describes a numerical study on the effects of the distribution of rubber particles size on the fracture toughness of rubber-modified polymer alloys. FEM analyses were conducted on a deformation field near a crack tip under mode I for a small scale yielding condition. Area near the crack tip is modelled as a composite of matrix materials and rubber particles. On the other hand, the outer region is modelled as a homogeneous material which its constitutive equation has been obtained by analysing a unit cell model of matrix and rubber particle. Perfect bonding or partial debonding of the interface is assumed in the computation. Matrix and rubber particles are treated as Mises and Mooney-Rivlin materials, respectively. It is shown that energy flux into fracture process zone, integral is smaller for bimodal type than monomodal one. This behavior largely occurred on the partial debonding case. These results imply that the screening effects occurred in the bimodal type was larger than monomodal one.
EFFECTS OF STRESS-STATE ON VOID COALESCENCE UNDER DYNAMICS LOADING (Samsul Rizal)hal. 88-95The influence of the specimen thickness on fracture has been investigated under static loading and interpreted in terms of stress conditions near a crack tip, namely crack tip plasticity under plane strain to plane stress condition. This work investigates the effect of stress conditions on void coalescences pro-duced by impulsive stress intensity of 20, 40? and 80??s duration under one-point bending test, experi-mentally and numerically. The fractographic observation shows that several voids nucleated at inclusions ahead of the crack tip coalescence with each others to form a large void, called a dominant void, and that size of the dominant void decreases as the pulse duration decreases from 40 ?s to 20 ?s, whereas the dominant void is nucleated at the constant distance from the crack tip for plane strain and plane stress condition. Finite element simulations show that the normalized hydrostatic stresses ahead of the crack tip can explain the experimental results that the dynamic fracture toughness of a 10 mm thick specimen tis much smaller than that of a 3 mm thick speciment and that the void nucleation site is independent of the speciment thickness.
PREDIKSI TINGKAT KERUSAKAN BATANG ROTOR PADA MOTOR INDUKSI BERDASAR ANALISIS CIRI ARUS CATU DAN CIRI GETARAN (Indra Nurhadi, Zainal Abidin, Haris Darmawan)hal. 96-102Umumnya, analisis ciri getaran mekanik merupakan salah satu langkah esensial dalam kegiatan perawatan prediktif untuk mesin rotasi. Makalah ini membahas penelitian tentang pemanfaatan analisis ciri arus catu motor sebagai pelengkap terhadap analisis ciri getaran mekanik dalam pendeteksian batang rotor rusak pada motor listrik induksi 3-fasa. Dari kaji literatur [5, 6, 7, 8, 9, 10, 11]dapat disimpulkan bahwa batang rotor rusak menyebabkan kenaikan amplitudo side-bands (1x rpm Fs x p) pada getaran mekanik. Selain itu batang rotor rusak juga ditandai dengan adanya kenaikan amplitudo side-bands (1 2s)Fl pada arus catu stator. Lebih lanjut, amplitudo side band kiri pada spektrum arus catu dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kerusakan batang rotor. Untuk mengkaji keabsahan teori tersebut dan penerapannya dalam praktek, dibuatlah suatu perangkat percobaan dengan motor uji kecil sebesar 1/4 hp, 2 pole yang dibebani dengan generator. Analisis spektrum arus stator dan sinyal getaran badan motor membuktikan keabsahan teori seperti yang disimpulkan dalam kaji literatur.