THERMODYNAMIC PROPERTY MODEL OF WIDE-FLUID PHASE n-BUTANE (Chan Sarin(1,2), I Made Astina(2), Prihadi Setyo Darmanto(2) and Haruki Sato(3)) hal. 44-54Sifat termodinamika yang baru n-Butana dinyatakan dalam persamaan energi bebas Helmholtz. Formulasi ini terdiri dari delapan suku yang dikenal sebagai bagian gas ideal dan delapan belas suku pada bagian residu. Persamaan ini relatif pendek dibanding dengan persamaan yang telah ada dan digunakan secara luas, termasuk persamaan yang diperkenalkan pada tahun 2006. Dalam perkembangannya, ketersediaan data eksperimental yang akurat tentang sifat fluida dan pendekatan teoritik dari sudut pandang potensial antar molekul harus dipertimbangkan untuk meyakinkan keakurasian dan untuk meningkatkan keandalan dari persamaan tingkat keadaan pada rentang tekanan dan temperatur yang luas, khususnya pada temperatur rendah dimana sifat refrigeran ini sangat dibutuhkan. Dari cakupan data eksperimental yang digunakan untuk pengembangan model ini, rentang kevalidan adalah dari titik tripel (134,895 K) sampai dengan 589 K dan tekanan sampai 69 MPa. Ketidakpastian yang timbul untuk sifat yang lain diperkirakan sebesar 0,02% pada panas jenis isobaris gas ideal, 0,2% pada densitas, 1% pada kapasitas panas, 0,2% pada tekanan uap kecuali pada temperatur rendah, 0,05 % pada densitas cair jenuh, 0,02 dan 0,8% pada kecepatan suara di fase uap dan fase lain.
SIFAT MAMPU NYALA DAN MASSA OPTIMUM REFRIGERAN CAMPURAN R-290/R-22 SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI R-22 (Ari D. Pasek (1), Aryadi Suwono(1), Novianti Nugraha(2) dan Usman Rosyadi(2)) hal. 55-61Dengan semakin dibatasinya penggunaan Bahan Perusak Ozon (BPO) seperti refrigeran CFC dan HCFC di Indonesia, diperlukan usaha-usaha untuk menemukan refrigeran alternatif pengganti. Refrigeran hidrokarbon R-290 (propana) kini mulai banyak digunakan sebagai pengganti R-22. Sifat R-290 yang ramah lingkungan, hemat energi dan dapat digunakan langsung membuat refrigeran ini dapat dianggap sebagai salah satu refrigeran alternatif pengganti HCFC. Namun demikian R-290 memiliki sifat yang mudah terbakar, termasuk refrigeran kelas A3 yang penggunaannya dibatasi oleh standar keamanan. Oleh sebab itu perlu dilakukan usaha-usaha untuk menurunkan sifat mampu nyala refrigeran ini sehingga penggunaannya dapat lebih luas. Pencampuran R-290 dengan R-22 pada komposisi tertentu diharapkan dapat menurunkan sifat mampu nyala refrigeran R-290. Berdasarkan hasil pengujian flammability yang dilakukan dalam penelitian ini, campuran R-290/R-22 pada komposisi 0,4/0,6; 0,5/0,5 dan 0,59/0,41 fraksi mol mempunyai batas penyalaan bawah yang lebih besar dari 3,5%, sehingga dapat dikategorikan sebagai refrigeran kelas A2. Sedangkan berdasarkan hasil pengujian massa optimum, refrigeran campuran ini membutuhkan muatan refrigeran yang lebih sedikit dibandingkan dengan refrigeran R-22. Refrigeran campuran R-290/R-22 bersifat azeotrope dan dapat digunakan langsung pada sistem refrigeran R-22 tanpa harus melakukan penggantian komponen. COP sistem dengan refrigeran campuran ini dapat lebih tinggi dari COP sistem dengan R-22 tetapi lebih kecil dari COP sistem dengan refrigeran R-290 murni.
OPTIMISASI PROSES PEMESINAN EDM WIRE CUT UNTUK MODUS GERAK SIRKULAR MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK (Sigit Yoewono Martowibowo dan Adriansyah) hal. 62-68Electro Discharge Machining Wire Cut (EDM Wire Cut) adalah satu di antara proses pemesinan nonkonvensional yang banyak digunakan di industri manufaktur. Perkembangan teknologi menuntut proses ini untuk dapat menghasilkan produk berkualitas dengan produktivitas tinggi. Untuk menjawab tuntutan tersebut, dapat dilakukan optimisasi terhadap proses pemesinan yang melibatkan beragam variabel terkait. Dalam melakukan optimisasi kondisi pemesinan diperlukan suatu algoritma yang menggunakan suatu model matematika untuk menghitung nilai optimum dari variabel-variabel proses. Saat ini terdapat berbagai macam teknik dan metode optimisasi yang dapat dipilih, diantaranya adalah Algoritma Genetik. Pada penelitian ini akan dilakukan optimisasi parameter proses pemesinan EDM Wire Cut menggunakan Algoritma Genetik, sehingga diperoleh kombinasi nilai variabel input mesin yang menghasilkan kondisi pemotongan optimum dengan feed rate dan kekasaran permukaan sebagai parameternya optimisasi. Variabel input yang dimaksud adalah no load voltage, capacitor, on time, off time, dan servo voltage. Hasil optimisasi menggunakan Algoritma Genetik kemudian dibandingkan dengan hasil dari metode optimisasi yang berbeda dan memperlihatkan bahwa Algoritma Genetik dapat dijadikan metode alternatif untuk optimisasi proses pemesinan.
EFFECTS OF HYDROGEN ADDITION INTO INTAKE AIR ON THE HYDROCARBON EMISSION OF GASOLINE ENGINES AT COLD START CONDITION (Arief Hariyanto(1), Wiranto Arismunandar(1), Gerard George Engel(2)) hal. 69-72Proses start, terutama pada saat start dingin, merupakan kondisi yang harus diperhatikan berkaitan dengan pengurangan emisi gas buang karena menghasilkan gas HC yang relative tinggi. Beberapa metoda telah ditawarkan dan diaplikasikan untuk mengurangi emisi gas buang selama proses start. Di dalam paper ini akan dibahas tentang penambahan gas hydrogen ke dalam aliran udara masuk untuk mengurangi emisi gas HC, pada saat start dingin. Menggunakan metoda ini, proses pembakaran selama proses start dapat berlangsung lebih sempurna. Paper ini akan menjelaskan pengujian yang dilakukan untuk mendapatkan jumlah hydrogen yang optimum, yang harus ditambahkan selama proses start pada berbagai kondisi temperature air pendingin, sehingga dapat secara efektif mengurangi konsentrasi total gas HC pada tiap kondisi temperatur. Hasil pengujian menunjukkan bahwa konsentrasi gas HC di dalam gas buang sangat dipengaruhi oleh temperatur mesin dan dapat diturunkan secara signifikan dengan menggunakan penambahan gas hydrogen ke dalam udara masuk ke mesin.
PARTICLE SIZE DISTRIBUTION AND RHEOLOG ICAL CHARACTERISTIC OF TRIMETHYLOLETHANE TREATED BY CATIONIC SURFACTANT (Yuli Setyo Indartono(1), Hiromoto Usui(2), Hiroshi Suzuki(3), Satoshi Tanaka(2), Kousuke Nakayama(2), Yoshiyuki Komoda(2), Tetsu Itotagawa(2)) hal. 73-80Suspensi yang terdiri dari partikel Trimethylolethane (TME) trihydrate dan air merupakan bahan yang tepat untuk digunakan dalam transportasi panas laten pada sistem-sistem pendingin. Hal tersebut dikarenakan TME memiliki kapasitas perpindahan panas dan kapasitas termal yang tinggi. Untuk menurunkan faktor gesekan sluri TME, ditambahkan aditif berupa oleyl bishydroxyethyl methyl ammonium chloride sebagai surfaktan dan sodium salisilat sebagai counter-ion. Dalam penelitian ini, dipelajari pengaruh aditif terhadap distribusi ukuran partikel dan karakteristik reologi TME. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa aditif tidak mempengaruhi ukuran partikel pada titik kristalisasi, namun nampak jelas bahwa aditif tersebut menghambat pertumbuhan partikel. Bila rasio molar counter-ion terhadap surfaktan ditingkatkan, partikel-partikel TME tidak tumbuh sama sekali. Peningkatan konsentrasi TME pada campuran TME dan surfaktan, menurunkan viskositas nyata (apparent viscosity) dan meningkatkan laju geseran kritis untuk terjadinya struktur akibat geseran (Shear Induced Structure – SIS). Bila hasil penelitian ini dikaitkan dengan hasil penelitian sebelumnya, maka ditemukan hubungan antara SIS dan penurunan drag (draf reduction – DR) untuk sistem suspensi TME yang berkemampuan menurunkan drag.
PEMANFAATAN SISTEM CAD/CAM/CAE DALAM REVERSE DAN FORWARD ENGGINEERING UNTUK TURBIN FRANCIS (Indra Djodikusumo(1), Lukman Santoso(2) , Rahmat Haris(3)) hal. 81-89Dengan meningkatnya harga bahan bakar minyak di pasar internasional, dan dalam upaya mengurangi pemanasan global, penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Air termasuk yang berskala mini didorong dan bahkan diberi insentif. Sampai dengan tahun 2020 Indonesia bermaksud membangun 488 MW Pembangkit Listrik Tenaga Air berskala Mikro dan Mini di seluruh wilayah Indonesia. Setengah di antaranya adalah yang berskala mini. Turbin Air berskala mikro telah banyak diproduksi oleh beberapa perusahaan yang berada di Bandung dan sekitarnya. Namun demikian Turbin Air yang berskala mini masih diimpor dari luar negeri. Dalam upaya meningkatkan kemampuan industri lokal, penulis telah melaksanakan pengembangan Turbin Air berjenis Francis yang berskala kecil dan mini, dengan rentang daya antara 300 kW sampai dengan 5 MW. Dalam rangka pengembangan itu telah dimanfaatkan sistem-sistem CAD/CAM/CAE serta metode Reverse dan Forward Engineering. Hasil yang diperoleh selama ini telah memuaskan walaupun perlu dilakukan penyempurnaan secara terus menerus.