STUDI NUMERIK PENGARUH JUMLAH DAN PUNTIRAN SWIRLER VANES PADA ALIRAN MASUK TABUNG (I Gede Parwatha(1), Firman Hartono(1),
Hisar M. Pasaribu(1), Djoko Sardjadi(1) dan Aryadi Suwono(2)) hal. 40-48Medan aliran pada sisi masukan ruang pembakaran akibat variasi konfigurasi swirler vanes dikaji secara komputasional. Medan aliran swirl isotermal yang terjadi di dalam tabung diamati untuk memprediksi kestabilan pembakaran. Dari hasil simulasi diperoleh bahwa, bilangan swirl yang sama dapat dicapai dengan karakteristik medan aliran yang berbeda. Selain itu, adanya komponen kecepatan swirl menginduksikan gaya sentrifugal di dalam aliran. Gaya ini mempengaruhi puncak distribusi kecepatan, distribusi tekanan statik, serta daerah resirkulasi.
ANALYSIS OF USING ALTERNATIVE REFRIGERANTS FOR ENERGY SAVING IN DESIGN FRAMEWORK OF AIR-CONDITIONING SYSTEM (I Made Astina(1), Prihadi Setyo Darmanto(1), Warsito(2) and Edwin Adryanto(1)) hal. 49-57Isu-isu lingkungan telah memaksa kita untuk mencari refrigeran alternatif yang ramah lingkungan. Peningkatan konsumsi energi sebagai konsekuensi penggunaan sistem pengkondisi udara perlu diimbangi dengan usaha untuk memperoleh sistem-sistem yang efisien. Kesesuaian dalam aplikasi dan efek modifikasi dari siklus kompresi uap dikaji dalam penelitian ini untuk menjawab kedua hal tersebut. Untuk memperoleh gambaran yang sesuai dengan aplikasi yang sesungguhnya, analisis terhadap perancangan ulang dari suatu sistem dilakukan sehingga akhirnya memperoleh hasil yang realistis. Hasil-hasil menegaskan bahwa pemilihan refrigerant yang tepat pada sistem pengkondisi udara dapat memperbaiki kinerja sistem. Beberapa group hidrokarbon (HC) dan hidrofluorkarbon (HFC) mempunyai kinerja termodinamik yang baik dan bahkan lebih baik dari refrigeran R-22 yang pada waktunya nanti akan dilarang penggunaannya. Dengan penggunaan refrigeran-refrigeran alternatif ini, emisi CO2 dapat dikurangi sebagai akibat penghematan energi berbahan bakar fosil dengan peningkatan kinerja sistem pengkondisi udara.
PENGEMBANGAN METODE SIMULASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA ENERGI SURYA (Agus Hermanto[1], Aryadi Suwono[2], Abdurrachim[2] dan Ari D. Pasek[2]) hal. 58-67Dalam penelitian ini dikembangkan metode simulasi untuk perancangan dan prediksi performansi sistem pengkondisian udara energi surya yang berdasarkan pada data intensitas radiasi matahari, performansi pengumpul surya, chiller absorpsi LiBr-H2O efek tunggal, dan data PCM (Phase Change Material ) yang digunakan sebagai media penyimpan termal yaitu napthalene untuk HTTS (High Temperature Thermal Storage) dan asam cuka untuk LTTS (Low Temperature Thermal Storage). Simulasi dilakukan dengan menggunakan persamaan kesetimbangan energi, kesetimbangan massa, dan persamaan karakteristik setiap komponen yang diintegrasikan pada sistem pengkondisian udara energi surya. Proses validasi dilakukan dengan data hasil pengujian sistem pengkondisian udara energi surya yang menggunakan HTTS dan LTTS tanpa menggunakan pemanas tambahan. Secara umum hasil simulasi memiliki kecenderungan yang sama dengan hasil pengujian. Waktu jaga operasi sistem yang dapat dipenuhi dengan penggunaan HTTS dan LTTS adalah selama 100 menit.
MEASURING AND COMPENSATING FOR OFF-LINE TO RUNNING MACHINERY MOVEMENT (Phan Anh Tuan(1), Zainal Abidin(2) and Komang Bagiasna(2)) hal. 68-72Umumnya, mesin-mesin rotasi yang dihubungkan satu dengan yang lainnya akan mengalami perubahan posisi selama dijalankan dan kondisi ini akan mempengaruhi kesesumbuan poros selama beroperasi. Selama ini, karakteristik pergerakan mesin rotasi di industri dari keadaan diam hingga berputar belum pernah diukur. Padahal, besar pergerakan mesin yang terjadi sangatlah penting untuk diketahui sebelum menyimpulkan apakah pergerakan itu cukup siknifikan atau dapat diabaikan. Makalah ini akan memperlihatkkan karakteristik ketidaksesumbuan poros dalam keadaan panas dan dingin. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh temperatur terhadap ketidaksejajaran pada mesin rotasi yang sudah pernah disebutkan pada beberapa referensi sebelumnya tetapi tidak pernah diselidiki. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memperoleh karakteristik ketidaksesumbuan panas dan untuk mengkompensasi pergerakan mesin dari keadaan diam hingga mesin berputar (OL2R). Hasil eksperimen dan analisis menunjukkan bahwa kondisi ketidaksesumbuan poros berubah selama beroperasi dan hal tersebut sangat mempengaruhi tingkat getaran pada mesin-mesin rotasi. Dalam kasus ini, semakin kecil nilai misalignment, semakin kecil tingkat getaran pada mesin rotasi.
ANALISIS FREKUENSI PADA UJI TAK MERUSAK ULTRASONIK (Amoranto Trisnobudi) hal. 73-81Pada uji tak merusak ultrasonik biasanya suatu gelombang ultrasonik diradiasikan ke dalam material oleh sebuah transduser. Bila ada cacat, maka akan terjadi interaksi antara berkas gelombang ultrasonik dan cacat tersebut yang dapat berupa pemantulan atau difraksi. Setelah terjadi interaksi, berkas gelombang ultrasonik yang dipantulkan atau didifraksikan oleh cacat ini akan diterima oleh suatu transduser lain atau oleh transduser yang sama. Sinyal yang diterima ini kemudian diproses lebih lanjut agar diperoleh informasi mengenai karakteristik cacat. Bila cacatnya tegak lurus pada berkas gelombang, maka ukurannya dapat ditentukan dengan menggunakan analisis amplituda, misalnya menggunakan diagram DGS (Distance Gain Scale). Bila posisi cacatnya miring terhadap berkas gelombang, dapat digunakan analisis waktu untuk menentukan ukuran dan kemiringan cacat seperti misalnya dengan menggunakan metoda Time of Flight Difraction (TOFD). Tetapi bila cacatnya kecil atau terdapat derau yang cukup besar, maka harus digunakan analisis frekuensi. Di dalam makalah ini akan dibahas dua metoda dengan analisis frekuensi yang dapat digunakan untuk menanggulangi kedua masalah tersebut di atas, yaitu spektroskopi ultrasonik dan split spectrum processing.