digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak: PT Krakatau Steel adalah satu-satunya pabrik besi terintegrasi di Indonesia dengan produksi tahunan 2,4 juta ton. Proses inti pabrik ini berada pada reaktor Direct Reduction (DR) atau disebut sebagai reaktor reduksi langsung. Dalam reaktor ini besi spons diproduksi dari bijih besi. Reaktor DR adalah reaktor unggun bergerak dimana bijih besi bergerak turun oleh gravitasi dan direduksi oleh gas pereduksi. Setelah mengalami reaksi reduksi, besi spons didinginkan dengan aliran gas pendingin dari bagian bawah reaktor. Untuk meningkatkan daya saingnya, PT KS berupaya menurunkan konsumsi gas alam yang kini berada pada kisaran 3,3 Gcal/ton DRI (direct reduced iron). Salah satu alternatif yang sedang dikaji adalah teknologi Zero Reformer. Teknologi ini didasarkan pada gagasan pemindahan beban reformasi gas alam untuk penyediaan gas pereduksi dari unit steam reforming eksternal ke transfer line dan reaktor DR, dengan memanfaatkan sifat katalitik unggun besi yang berada di dalam reaktor. Penelitian ini diarahkan untuk membangun informasi awal bagi evaluasi peningkatan efisiensi dan kapasitas produksi pabrik HYL III, yang berupa kajian termodinamika terhadap proses kini dan proses Zero Reformer. Kajian termokimia dilakukan dengan bantuan perangkat lunak FACTSage 5.2 yang dirancang oleh Ecole Polytechnique de Montreal, Canada. Informasi yang dihasilkan pada penelitian ini akan menentukan arahan evaluasi lebih lanjut, yang mencakup peneracaan massa dan energi, serta perhitungan kinetika reaksi-reaksi yang terlibat. Tujuan dari penelitian ini adalah melaksanakan evaluasi termokimia terhadap proses kini dan proses Zero Reformer serta memahami secara lebih rinci konsep dan potensi permasalahan pengoperasian proses Zero Reformer. Hasil simulasi menunjukkan bahwa pada kondisi kini reaksi karburisasi terjadi dalam zona isobarik oleh gas pendingin yang lolos. Dibandingkan dengan teknologi yang dipakai sekarang (dengan reformasi kukus), teknologi Zero Reformer beresiko menghasilkan soot dalam jumlah besar dalam transfer line dan pada zona reduksi, walaupun pembentukan Fe3C akan lebih mudah terjadi oleh tersedianya metana.