digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2009 TA PP FAINAN FAILAMANI 1-COVER.pdf


2009 TA PP FAINAN FAILAMANI 1-BAB 1.pdf

2009 TA PP FAINAN FAILAMANI 1-BAB 2.pdf

2009 TA PP FAINAN FAILAMANI 1-BAB 3.pdf

2009 TA PP FAINAN FAILAMANI 1-BAB 4.pdf

2009 TA PP FAINAN FAILAMANI 1-BAB 5.pdf

2009 TA PP FAINAN FAILAMANI 1-PUSTAKA.pdf

Material luminesensi Sr2SnO4:Ti4+ nanokristal telah disintesis dengan metode sonokimia. Padatan yang dihasilkan kemudian dipanaskan pada temperatur yang berbeda yaitu 100, 400, 600, 800, 1000, dan 1400 oC masing-masing selama 2 jam. Difraksi sinar-X menunjukkan bahwa pemanasan pada temperatur 100oC menghasilkan fasa dominan Sr2Sn(OH)8. Sedangkan pemanasan pada temperatur 400oC diketahui menstabilkan struktur SrSnO3. Semua sampel yang dipanaskan pada temperatur di atas 400oC terdiri dari dua fasa yaitu Sr2SnO4:Ti4+ yang berstruktur ortorombik dengan grup ruang Pccn dan pengotor SrCO3 yang juga berstruktur ortorombik dengan grup ruang Pmcn. Dari difraktogram sinar-X dapat diperkirakan ukuran butiran kristal yang nilainya berkisar antara 22-60 nm. Ukuran butiran kristal yang diperoleh meningkat seiring dengan meningkatnya temperatur pemanasan. Pengukuran fotoluminesensi dari Sr2SnO4:Ti4+ nanokristal menghasilkan puncak emisi yang lebar pada daerah panjang gelombang 420-428 nm yang merupakan panjang gelombang sinar biru. Pemanasan pada temperatur yang lebih tinggi dapat meningkatkan intensitas fotoluminesensi Sr2SnO4:Ti4+ nanokristal. Emisi biru tersebut disebabkan oleh transisi elektronik dari tingkat energi defek Ti4+ ke pita valensi material induk.