2002 TS PP ZUCHRI ARGIA 1-COVERR.pdf
2002 TS PP ZUCHRI ARGIA 1-BAB1.pdf
2002 TS PP ZUCHRI ARGIA 1-BAB2.pdf
2002 TS PP ZUCHRI ARGIA 1-BAB3.pdf
2002 TS PP ZUCHRI ARGIA 1-BAB4.pdf
2002 TS PP ZUCHRI ARGIA 1-BAB5.pdf
2002 TS PP ZUCHRI ARGIA 1-PUSTAKA.pdf
Ringkasan:
Keberadaan Air ditentukan oleh empat dimensi variable yaitu waktu, tempat (ruang), Jumlah (Kuantitas) dan Mutu (Kualitas). Dengan demikian keberadaannya (eksistensinya) tidak selalu sesuai dengan harapan yang membutuhkannya. Pada saat yang diperlukan sering sekali air tidak ada dan pada saat tidak diperlukan kadangkala air melimpah bahkan sampai menimbulkan bencana. Demikian pula pada tempat tertentu air melimpah dan pada tempat yang lain air tidak mencukupi. Fenomena ini sudah terjadi di hampir semua pulau di Indonesia. Untuk menjamin tersedianya air secara berkelanjutan (suistinable) sesuai dengan kebutuhan maka harus ada pengelolaan atas air dan sumber-sumber air.
Kesimpulan:
1. Ketersediaan debit sebelum berfungsinya waduk pada node kunyir 15.5, Argoguruh 49.04, Jabung 51.05 dan Sekampung hilir 9.34 m3/det. Setelah berfungsinya waduk ketersediaan air di Argoguruh menjadi 86.40, Jabung 53.10 dan Sekampung Hilir sebesar 11.04 m3/det. Kebutuhan di node kunyir tidak ada sedangkan kebutuhan di Argoguruh tahun 1998 sebesar 46.92, tahun 1999 sebesar 50,69, tahun 2000 sebesar 53.09. tahun 2005 sebesar 66.57, tahun 2010 sebesar 67.12, tahun 2015 sebesar 67.79 dan tahun 2020n sebesar 68.12 m3/det.
2. Pada tahun 1998 di intake Argoguruh terjadi defisit sebesar 2,12 m3/det, pada tahun 1999 dan 2000 terjadi surplus debit sebesar 0.77 m3/det dan 4.05 m3/det tetapi terjadi ketidak sesuaian antara distribusi ketersediaan dan distribusi kebutuhan.
3. Pada tahun di intake bendung Argoguruh 2005, 2010, 2015 dan 2020 terjadi surplus debit masing-masing sebesar 19.83, 18.95, 18.71 dan 18.28 m3/det. Ketersediaan air ini terdistribusi secara merata sesuai dengan distribusi kebutuhan air. Dibendung karet jabung dan node Sekampung Hilir Ketersediaan air terdistribusi
sesuai kebutuhan karena kebutuhan hanya untuk irigasi dan tambak.
4. Apabila terjadi kekurangan (defisit) yang besar maka pemenuhan kebutuhan air dialokasikan dengan sistim prioritas dimana air minum dengan debit andalan 90 % menjadi prioritas utama dan selanjutnya air irigasi debit andalan 80 %. Diikuti dengan kebutuhan Iainnya.