2008 TA PP RIANDI RACHMAWAN 1-COVER.pdf
2008 TA PP RIANDI RACHMAWAN 1-BAB 1.pdf
2008 TA PP RIANDI RACHMAWAN 1-BAB 2.pdf
2008 TA PP RIANDI RACHMAWAN 1-BAB 3.pdf
2008 TA PP RIANDI RACHMAWAN 1-BAB 4.pdf
2008 TA PP RIANDI RACHMAWAN 1-BAB 5.pdf
2008 TA PP RIANDI RACHMAWAN 1-PUSTAKA.pdf
Dalam dunia pertambangan, batu merupakan hal yang umumnya dijumpai sebagai material yang menjadi objek bahan galian. Secara keseluruhan, sifat dan karakteristik batuan dipelajari dalam ilmu geomekanika. Sedangkan untuk mempelajari sifat-sifat fisik dan mekanik batuan secara khusus, ilmu geomekanika memiliki cabang ilmu yang disebut mekanika batuan. Uji triaksial merupakan salah satu bentuk pengujian untuk mengetahui sifat mekanik suatu batuan. Metode yang umum digunakan pada uji triaksial adalah metode konvensional. Namun, untuk mendapatkan data yang baik, jumlah contoh batuan yang digunakan pada metode konvensional sekurang-kurangnya 5 buah (Hoek, 2000). Sehingga terjadi kendala dalam waktu, biaya, dan jumlah contoh batuan. Untuk mereduksi masalah yang timbul pada pengujian triaksial konvensional, Beberapa ilmuwan mengusulkan pengujian triaksial secara multistage diantaranya : Kovari & Tisa , 1975; Kim & Ko, 1979; Crawford & Wylie, 1987; Haoruaka et al, 1995; dan Pagoulatos, 2004. metode ini hanya membutuhkan satu contoh batuan untuk dibebani berbagai tekanan pemampatan. Untuk melakukan validasi terhadap hasil pengujian, maka diperlukan perbandingan antara metode multistage terhadap metode konvensional dengan menggunakan berbagai kriteria keruntuhan batuan. Pada penelitian ini, pengujian dilakukan pada contoh batulempung dan kriteria yang digunakan adalah Mohr-Coulomb, Bieniawski I dan II, dan Hoek-Brown.Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa metode triaksial multistage dapat digunakan untuk menentukan kriteria keruntuhan batulempung.