digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2008 TA PP RIA ADISTIRA 1-COVER.pdf


2008 TA PP RIA ADISTIRA 1-BAB 1.pdf

2008 TA PP RIA ADISTIRA 1-BAB 2.pdf

2008 TA PP RIA ADISTIRA 1-BAB 3.pdf

2008 TA PP RIA ADISTIRA 1-BAB 4.pdf

2008 TA PP RIA ADISTIRA 1-BAB 5.pdf

2008 TA PP RIA ADISTIRA 1-PUSTAKA.pdf

Salah satu faktor eksternal yang akan mempengaruhi perkembangan kota adalah keterkaitannya dengan kota-kota lain. Keterkaitan ini dapat melalui pergerakan barang, jasa, manusia, uang, kredit, atau pun investasi. Keterkaitan memegang peranan penting dalam pembentukan pola dan struktur sistem perkotaan dan dalam merangsang perkembangan kota.Tingginya jumlah perjalanan antara Kota Bandung dan Jakarta menunjukkan keterkaitan yang tinggi antara kedua kota tersebut. Pembangunan Tol Cipularang sebagai salah satu usaha mengakomodasi tingginya permintaan, telah meningkatkan laju mobilisasi Bandung-Jakarta dan sebaliknya, dimana hal ini kemudian mengakibatkan terjadinya peningkatan lalu lintas kendaraan antara Jakarta-Bandung dan sebaliknya sebesar 40,70%. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan dari sisi supply ternyata tetap belum mampu mengatasi masalah kemacetan, sehingga dibutuhkan sebuah inovasi untuk penyelesaiannya, salah satunya yaitu inovasi dari sisi penanganan demand dan juga teknik yang lebih mendukung terhadap keberlangsungan transportasi yang dikenal dengan Transport Demand Management (TDM). Perkembangan infrastruktur yang ada, memunculkan sebuah alternatif moda baru yaitu travel (shuttle service) yang melewati Tol Cipularang. Moda shuttle service merupakan salah satu strategi TDM dalam rangka usaha pengendalian penggunaan kendaraan pribadi, dimana moda ini memberikan suatu alternatif pilihan baru kepada masyarakat dengan fasilitas yang berbeda dengan moda-moda angkutan yang telah ada sebelumnya.Penelitian ini bertujuan untuk melihat peluang pengguna moda travel (shuttle service) yang memiliki kendaraan pribadi (choice market/alternative users) menjadikan moda angkutan travel sebagai pilihan utama dalam melakukan perjalanan Bandung-Jakarta serta mengetahui atribut pelayanan yang signifikan mempengaruhi pilihan moda utama dalam melakukan perjalanan.Dari hasil survey lapangan yang diolah melalui prosedur regresi binary logistic didapatkan persamaan utilitas moda travel dengan variabel-variabel pembangun fungsi utilitas pemilihan moda yaitu: variabel kenyamanan, aksesibilitas, dan total ongkos. Berdasarkan model fungsi utilitas tersebut, kemudian diketahui besar peluang kesediaan responden untuk menjadikan moda travel sebagai pilihan utama untuk melakukan perjalanan Bandung-Jakarta pada kondisi rata-rata adalah 0,72 dan besar peluang ini terjadi ketika kondisi melakukan perjalanan seorang diri. Sementara itu, untuk atribut pelayanan yang signifikan mempengaruhi pemilihan moda utama adalah atribut kenyamanan, sedangkan atribut pelayanan yang sensitif terhadap perubahan tingkat pelayanan adalah atribut kenyamanan dan aksesibilitas.